Nextren.com - Demi menutup target poin, sejumlah oknum driver ojek online nekat melakukan order fiktif.
Penggunaan order fiktif yang dilakukan driver ojek maupun taksi online ini bermacam-macam.
Padahal, semestinya, untuk mendapatkan target poin, driver ojek online harus terlebih dahulu mengantar atau menjemput penumpang.
Namun tidak bagi segelintir oknum ojek online yang menggunakan 'jalan' tidak biasa demi mendapatkan poin.
Dalam dunia ojek online atau taksi online dikenal dua jenis order fiktif yang disebut 'fake GPS' dan 'aplikasi tuyul'.
Baca Juga : Razer Phone 2, Hape Terbaru Keluaran Razer Khusus Untuk Gaming!
Dua cara curang order fiktif taksi online ini ternyata punya perbedaan mendasar.
Hebohnya kasus order fiktif ojek online dan taksi online beberapa waktu belakangan membuat polisi di sejumlah daerah bertindak.
Di Jakarta, dalam satu waktu polisi pernah menangkap 11 orang yang diduga melakukan order fiktif, baik menggunakan modus fake GPS maupun aplikasi tuyul.
Sebenarnya apa sih bedanya fake GPS dan aplikasi tuyul?
Baca Juga : Begini Cara Mendengarkan Lagu di Spotify Via Browser Tanpa Download
Beda aplikasi Tuyul dan Fake GPS
Dilansir dari Kompas.com, perangkat lunak pembuat order fiktif pada taksi dan ojek online atau kerap disebut aplikasi "tuyul" itu berbeda modus dan cara kerja dengan kasus fake GPS yang digunakan para mitra taksi online yang memalsukan lokasi penjemputan penumpang.
Hal itu diungkap Kasubdit Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Antonius Agus Rahmanto beberapa waktu lalu.
"Beda, ya, kalau fake GPS itu untuk mengelabui lokasi, tetapi mitra taksi online tetap mengangkut penumpang," kata dia kepada Kompas.com di ruangannya, Kamis (1/2/2018).
"Tetapi, kalau pakai tuyul ini mereka benar-benar enggak kerja," imbuhnya.
Baca Juga : 50 Masalah Di Windows 10 Berbahaya, Microsoft Luncurkan Patch Untuk Perbaiki
Agus melanjutkan, dalam kasus yang baru saja diungkap Subdit Ranmor, tersangka pelaku menggabungkan dua aplikasi itu.
"Jadi, mereka menggunakan fake GPS untuk menentukan lokasi awal, lalu ponsel di-oprek dengan tuyul itu untuk membuat seolah-olah pengemudi benar-benar melayani penumpang," kata dia.
Ia mengatakan, hal itu sangat merugikan perusahaan tempat mitra online tersebut bekerja.
"Mereka tidak melayani penumpang, tetapi perusahaan tetap harus membayar para mitra online, termasuk memberi bonus karena biasanya mitra yang menggunakan tuyul ini bagus peringkatnya," katanya.
Baca Juga : Honor 8C, Ponsel Keren 2 Jutaan yang Tak Kunjung Masuk Indonesia
Agus mengungkapkan, pelanggan AA biasanya bekerja secara berkelompok.
Satu orang memiliki 10 hingga 15 ponsel yang mereka gunakan bersama-sama.
"Seperti pelanggan AA yang kami tangkap di Kembangan, kemarin."
"Mereka punya satu kontrakan untuk berkumpul."
"Di sana ada 10 mitra ojek online yang tergabung dan terkumpul 170 ponsel yang mereka gunakan bergantian," ucapnya.
Baca Juga : Penjualan iPhone Turun Akibat Perang Dagang, CEO Apple Kunjungi China
Agus menambahkan, banyaknya ponsel yang dimiliki para mitra bertujuan mengelabuhi perusahaan.
"Biar pelanggan yang terdeteksi enggak terkesan itu-itu saja."
"Sebab, satu ponsel bisa untuk dua akun."
"Bayangkan berapa banyak pelanggan palsu yang bisa mereka mainkan," ucapnya.
Menurut dia, hal inilah yang menyebabkan peringkat para mitra sempurna walaupun tidak benar-benar mengangkut penumpang.
Baca Juga : Resmi, Samsung Galaxy A9 (2018) Punya 4 Kamera Belakang Sekaligus
"Mereka itu (mitra ojek online) cuma duduk saja, nih, enggak perlu ke mana-mana sudah bisa dapat duit," lanjut Agus.
Sebulan Raup Rp 10 juta Tanpa Perlu Penumpang
FA, salah satu tersangka kasus aplikasi tuyul taksi online di Jakarta yang ditangkap Polda Metro Jaya, mengatakan, ia mendapat keuntungan besar tanpa harus repot-repot mengantarkan penumpang dengan menggunakan aplikasi tersebut.
Di aplikasi driver online, FA, tersangka kasus aplikasi "tuyul" (aplikasi pembuat order fiktif) taksi online, tercatat sebagai mitra perusahaan taksi online.
Namun, pria itu tidak membutuhkan mobil untuk melakukan aksinya.
Baca Juga : Diam-Diam Google Perbarui Terjemahan Kamera di Google Translate
Dia juga memang tidak punya mobil.
"Saya enggak punya mobil, enggak perlu ada kendaraan," ujar FA saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Kamis (1/2/2018).
Menurut FA, tanpa memiliki kendaraan sekalipun, pengguna aplikasi tuyul dapat menjalankan aksinya.
Ia tinggal membuat order dari akun yang berbeda dan menerima order tersebut melalui akunnya yang lain.
Otomatis, gambar kendaraan dalam aplikasi taksi atau ojek online dapat bergerak menuju lokasi tujuan meskipun FA tak melakukan perpindahan lokasi.
Baca Juga : Notch Pocophone F1 Kamu Bisa Dihilangkan dengan Mudah, Begini Caranya!
Saat melamar menjadi mitra perusahaan taksi online, FA menyewa mobil sebagai kendaraan pengangkut penumpang.
Namun, ia merasa penghasilannya tak seberapa.
"Saya dikasih tahu teman ada aplikasi begini, saya coba," katanya.
FA mengatakan, dengan menggunakan aplikasi tuyul itu, dalam sehari ia dapat membuat lima hingga enam order fiktif dalam rentang waktu pukul 14.00 hingga pukul 16.00, artinya hanya butuh waktu dua jam.
"Sebulan saya bisa dapat Rp 10 juta," ujar FA ketika ditemui di Mapolda Metro Jaya.
Kini FA dan sembilan rekannya serta oknum yang melayani jasa oprek ponsel untuk mengaktifkan aplikasi tuyul itu telah diamankan polisi guna mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul : Driver Online Bisa Raup Rp 10 Juta per Bulan Tanpa Narik Penumpang, Ternyata Pakai Aplikasi Ini