Pendiri Instagram Mengundurkan Diri, Tanda Kehancuran Facebook?

Selasa, 25 September 2018 | 15:42

Kritik Facebook

Laporan Wartawan NexTren, Kama Adritya

NexTren.com -Sebuah kabar mengejutkan hadir dari dunia teknologi, yaitu mundurnya dua orang pendiri Instagram dari perusahaan Facebook. Apakah ini tanda kehancuran Facebook?

Kevin Systrom dan Mike Krieger adalah pendiri dari aplikasi sosial media berbasis foto dan video yang paling populer di dunia, Instagram.

Pada tahun 2012, Facebook pada saat itu memecahkan rekor dengan membeli Instagram dengan nilai 1 Milyar dolar atau sekitar 14 Trilyun Rupiah.

Sejak berada di bawah naungan Facebook, Instagram terus berkembang dan kini memiliki 1 milyar pengguna dari seluruh dunia.

Baca Juga : Pengguna Instagram Naik ke 300 Juta, Pengguna Twitter Segitu-Segitu Aja

Bahkan Instagram akhirnya bisa menghancurkan dominasi Snapchat yang saat itu memegang dominasi di kalangan anak muda yang gemar berbagi cerita singkat via foto dan video.

Berkat Insta Stories yang dikembangkan Instagram bersama Facebook, pengguna mereka pun langsung meroket hingga kini.

Saat itu, tak terbayangkan sebelumnya jika perusahaan milik Mark Zuckerberg ini akan mengalami masalah seperti yang dialaminya saat ini.

Awal Masalah

Getty Images North America
Chip Somodevilla

WASHINGTON, DC - APRIL 10: Facebook co-founder, Chairman and CEO Mark Zuckerberg testifies before a

Semua masalah berawal dari Cambridge Analytica yang mengungkapkan bahwa ternyata data pribadi pengguna Facebook disalahgunakan oleh pihak ketiga.

Kasus ini mencuat karena disinyalir ada kaitannya dengan hasil pemilihan presiden di Amerika.

Kasus tersebut bahkan membuat Mark Zuckerberg harus turun tangan langsung karena dirinya dipanggil oleh Kongres Tertinggi Amerika Serikat untuk menjawab pertanyaan terkait Facebook yang dipimpinnya.

Pada saat itu, jelas terlihat wajah Mark yang biasanya tenang dan kalem, saat dihadapi pertanyaan para dewan kongres saat itu terlihat tegang.

Baca Juga : Cara Cek Apakah Data Facebookmu Dicuri Cambridge Analytica atau Tidak

Di sidang tersebut, Mark mengakui bahwa dirinya pun menjadi korban dari penyalahgunaan data tersebut dan berjanji akan mengambil langkah konkrit untuk mengatasinya.

Meski demikian, data yang kemudian diketahui telah disalahgunakan Cambridge Analytica adalah data pengguna sampai dengan tahun 2014.

Lalu bagaimana keamanan data Facebook setelah tahun 2014? Apakah ada Cambridge Analytica lainnya?

Pertanyaan tersebut yang sampai saat ini belum bisa dijawab oleh Facebook.

Berita Hoax

tribun kaltim

Info hoax

Bahkan sebelum kasus Cambridge Analytica diblowup di media massa, Facebook juga sudah memberikan tanda-tanda negatif terkait konten yang dibaginya.

Facebook melalui kata-kata Mark Zuckerberg memang memiliki visi dan misi untuk menghubungkan semua penggunanya lewat berbagai medium di dalam platform Facebook.

Semua orang bebas berbagi konten, baik itu foto maupun video tanpa harus melalui proses penyuntingan jurnalistik apapun.

Yang sayangnya termasuk di dalamnya adalah konten bohong atau berita hoax.

Baca Juga : Hoax Buster Tools, Aplikasi Penangkal Berita Hoax Asli Indonesia

Namun, akhirnya hal ini menjadi masalah besar di Facebook.

Lagi-lagi Mark Zuckerberg mendapat tekanan dari banyak pihak terkait berita hoax tersebut.

Banyak orang yang menuntut Facebook untuk memberikan moderasi konten untuk menekan berita hoax yang semakin merajalela tersebut.

Bahkan di negara Myanmar dan India, berita hoax di Facebook memakan korban jiwa.

Berita hoax yang menebarkan kebencian akhirnya memicu kerusuhan terkait Rohingya yang memakan banyak korban jiwa maupun materi.

Baca Juga : Facebook Matikan Terjemahan Bahasa Asing ke Myanmar, Pernah Timbulkan Kerusuhan

Begitu juga di India yang akibat berita hoax, terjadi kasus persekusi yang menyebabkan korban meninggal/

Bahkan di Indonesia sendiri, berita hoax juga menuai perpecahan antar pertemanan maupun keluarga.

Desakan-desakan pada Facebook ini akhirnya membuat Mark mengambil keputusan yang akhirnya malah berbuah buruk bagi perusahaan Amerika ini.

Algoritma Baru

Facebook Watch

Desakan terhadap berita hoax dan akibat penyelidikan kasus Cambridge Analytica, akhirnya membuat Mark mengambil keputusan untuk membatasi algoritma berita di laman sosial pengguna.

Jika sebelumnya sharing sebuah konten semudah membagikan link saja, kini algoritma Facebook akan mengambil alih dan mereka yang menentukan apakah link berita tersebut akan muncul di laman Facebook kamu apa tidak.

Banyak faktor yang akan mempengaruhi muncul atau tidaknya link share tersebut di lama kita, salah satunya adalah reputasi si pengguna itu sendiri.

Baca Juga : Tebar Kritik Negara Lain di Facebook, Wanita Ini Dipenjara 8 Tahun

Hal ini tentu saja menimbulkan polemik baru, di mana algoritma baru tersebut masih seringkali salah dalam menentukan profil si pengguna.

Terutama bagi pengguna yang bahasa utamanya bukanlah bahasa Inggris.

Seperti halnya di Indonesia, di mana ada beberapa algoritma Facebook yang tidak tepat sasaran akibat kendala bahasa.

Hal yang paling baru terjadi adalah terkait gempa Lombok yang meluluh-lantakkan pulau tersebut.

Di mana ada fitur Facebook yang akan mengabarkan bahwa diri kita selamat saat terjadi bencana. Hanya saja, kata 'selamat' menurut algoritma Facebook adalah kalimat penghargaan sehingga kemudian muncullah animasi pesta lengkap dengan balon-balonnya.

Baca Juga : Begini Tanggapan Mark Zuckerberg Atas Seruan #deletefacebook

Sesuatu yang sangat tidak pantas muncul saat sedang terjadi bencana yang melibatkan korban jiwa.

Berita yang toxic tersebut malah menimbulkan sebuah gerakan Anti Facebook di mana gerakan tersebut mengajak pengguna untuk meninggalkan Facebook untuk dunia yang lebih damai.

Singkat kata, algoritma tersebut justru menjauhkan pengguna.

Facebook untuk orang tua

MensXP

Facebook

Masalah demi masalah di atas justru semakin menjauhkan pengguna baru untuk mau menggunakan Facebook sebagai platform satu-satunya sebagaimana dengan yang dimimpikan oleh Mark Zuckerberg saat mendirikan Facebook di tahun 2003.

Anak-anak muda yang seharusnya menjadi pengguna baru di Facebook malah tidak ada yang mau menggunakannya.

Alasannya sangat sederhana: Mereka tidak mau satu sosial media dengan orang tuanya!

Baca Juga : Sebuah Survey Sebut Facebook Mulai Ditinggal Pengguna Mudanya, Kamu Gimana?

Fungsi Facebook yang banyak digunakan untuk berbagi berita dan informasi sangat digemari oleh kaum generasi tua yang berumur 40-an ke atas.

Hal ini membuat anak-anak muda umur belasan tahun berusaha menghindari orang tuanya dengan tidak menggunakan Facebook.

Meskipun mereka masih banyak yang menggunakan Instagram, namun sedikit demi sedikit jumlah pengguna baru di Facebook pun berkurang.

Jatuhnya Saham Facebook

Ilustrasi saham Facebook

Berkurangnya jumlah pengguna baru Facebook menyebabkan mereka mengalami penurunan harga saham paling drastis yang pernah ada.

Facebook kehilangan valuasi nilai sebesar 100 milyar dolar atau setara dengan 1,4 kuadriliun rupiah, hanya dalam satu hari di pasar saham!

Sumber penghasilan Facebook yang paling utama adalah dari iklan.

Baca Juga : Saham Facebook Anjlok 19 Persen, Mark Zuckerberg Terkaya Ke-6 Dunia

Mandeknya pertumbuhan jumlah pengguna membuat Facebook juga harus kehilangan potensi besar dari iklan.

Ditambah lagi dengan algoritma baru yang membingungkan, membuat para pengiklan tidak merasa mendapatkan keuntungan maksimal dengan beriklan di Facebook.

Hal ini membuat Facebook terlihat seperti berjalan di tempat dan tidak memberikan penawaran baru yang inovatif.

Padahal penawaran inovatif sangat penting bagi sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi.

Para pendiri yang mengundurkan diri

Kompas.com
Kompas.com

Kevin Systrom dan Mike Krieger mantan pendiri Instagram

Tanda-tanda dari sebuah perusahaan yang sedang mengalami masalah internal adalah mundurnya para eksekutif dari perusahaan tersebut.

SelainKevin Systrom dan Mike Krieger yang merupakan orang penting di Instagram, sebelumnya juga ada Jan Koum yang merupakan pendiri WhatsApp, aplikasi chatting terbesar di dunia yang sebelumnya juga dibeli oleh Facebook.

Baca Juga : CEO WhatsApp Mundur Akibat Konflik Dengan Mark Zuckerberg Soal Enkripsi?

Orang-orang penting ini memberikan sinyal kuning terkait kepemimpinan Mark Zuckerberg yang kelihatan mulai rapuh sejak masalah yang menderanya.

Timing dari waktu pengunduran diri mereka juga seiring dengan dimulainya masalah-masalah yang mendera Facebook.

Ada rumor yang mengatakan bahwa Facebook menjadi korban pertarungan tarik ulur kelas elit yang melibatkan para penguasa dunia dan industri besar di dunia.

Rumor tersebut masih perlu dipertanggung-jawabkan dan ditelusuri lebih dalam lagi.

Mungkin nanti di artikel NexTren.com selanjutnya? (*)

Tag

Editor : Kama