Laporan Wartawan NexTren, Anggerhana Denni. R
NexTren.com - Nampaknyaperselisihan antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dengan beberapa perusahaan teknologi dunia belum juga menemukan titik terang.
Sebagai informasi, sebelumnya Trump mengkritik Google karena diduga membolak-balikkan hasil pencarian tentang dirinya dan mendukung organisasi 'Sayap kiri'.
Tak hanya itu, Trump juga menganggap jika kaum konservatif telah diperlakukan asngat tidak adil oleh Google.
BACA JUGA:iPhone Baru Perusahaan Apple Bakal Diumumkan 12 September Mendatang, Berikut Bocorannya
Selain Google, ada juga Amazon.
Namun, untuk Amazon sendiri, tidak jelas mengapa Trump tidak menyukainya.
Sebab, seperti yang kita tahu Amazon tidak mengoperasikan platform komunikasi.
BACA JUGA:Gara-Gara Like Foto Instagram Ariel Tatum, Pria Ini Diancam Putus Pacarnya
Tapi desas-desus menyebutkan alasan Trum tak menyukai Amazon lantaran masalah pribadi.
Yaitu, karena secara pribadi Trump tak menyukai CEO Amazon Jeff Bezos.
Serangan Trump terhadap perusahaan teknologi telah mencapai titik tertinggi baru di minggu ini.
Hal itu mewakili strategi yang berkembang di antara politisi 'Sayap kanan' dan tokoh media, yang dirancang untuk menggambarkan perusahaan teknologi sebagai musuh dari pidato konservatif.
BACA JUGA:Facebook Watch Baru Dirilis, Fiturnya Unik Dibanding YouTube
Kemudian, kini giliran Facebook dan Twitter.
Ya, rupanya kedua platform itu telah lama diincar oleh kalangan konservatif karena dianggap bias liberal.
Hal tersebut terkait mengenai bagaimana media memoderasi platform mereka.
BACA JUGA:Bikin Panik, Tombol 'Koleksi' Instagram Hilang, Ternyata Ini Faktanya
Facebook sering dituduh menyensor apa yang dilakukan oleh politik konservatif di platformnya.
Meskipun, tak ditemukan bukti konkrit apa pun terkait dugaan tersebut.
Sedangkan Twitter, baru-baru ini mendapat kecaman karena dugaan pelarangan bayangan tokoh publik sayap kanan di platformnya.
BACA JUGA:Tak Seperti Google Pixel 3XL, Pixel 3 Tak Usung Desain 'Anti-Mainstream'
Twitter juga diduga menggunakan istilah yang menyesatkan yang telah membantu menciptakan narasi bias liberal dalam jejaring sosialnya.
(*)