Foto Instagram Comotan Laku Rp 1,3 Miliar, Seniman Dihujat

Senin, 01 Juni 2015 | 15:18
artnet

Karya Richard Prince yang kontroversial

Seniman visual Richard Prince dirundung kebingungan. Fotografer sekaligus pelukis asal Amerika tersebut dihujat di berbagai media massa dan media sosial akibat karyanya yang berjudul New Portraits.

Sebenarnya, karya itu telah dipamerkan di Galeri Gagosian, New York pada 2014. Tak ada yang mencela kala itu. Bisa jadi karena belum banyak yang ngeh dengan karya Prince.

Barulah bulan ini New Portraits menjadi viral. Bagaimana tidak, 37 screenshot dari Instagram itu terjual habis dengan harga 100.000 dollar AS atau setara Rp 1,3 miliar, pada pameran Frieze Art Fair 2015, New York, AS.

Lalu, apa sebenarnya yang menjadi masalah pada karya Prince?

New Portraits adalah serial potret perempuan yang dicomot Prince dari postingan akun-akun Instagram yang diikutinya. Semuanya dicetak di atas kanvas berukuran besar dan dipampang dengan gagah di Gagosian, salah satu galeri tersohor di New York.

Foto-foto yang dicomot memperlihatkan potret model-model dengan atasan terbuka atau topless. Adapula potret para seniman dengan ekspresi tajam, serta potret artis-artis cantik seperti Pamela Anderson, Elizabeth Scarlett Jagger, dan Kate Moss.

Salah satu potret menampakkan penulis lagu Sky Ferreira sedang menumpangi mobil mewah. Keterangan fotonya bertuliskan "Enjoyed the ride today. Let's do it again, Richard".

Tentu saja, keterangan foto itu adalah modifikasi Prince. Pada setiap potret, Prince juga menuliskan "Don't du anything. Just B Urself". Kalimat itu diakhiri dengan simbol hak cipta.

Nah, ada dua masalah yang menjadi bahan nyinyir massa pada karya mahal Prince. Pertama terkait hak cipta dan kedua terkait konten yang diangkat Prince.

artnet

Karya Richard Prince yang kontroversial

Para feminis menganggap karya Prince tergolong seksis dan menjadikan perempuan sebagai objek. Hal ini terlihat dari pemilihan potret perempuan tak berpakaian.

Lalu, keterangan foto yang dimodifikasi juga mencerminkan upaya perempuan menggoda lelaki. Pasalnya, setiap keterangan foto akan mematrikan nama "Richard" di akhir kalimat. Seakan, potret-potret itu "dipersembahkan" untuk Prince.Menanggapi hal ini, Prince tampak santai. "Benar-benar takjub dengan kebencian orang-orang. Awalnya saya kira cuma lelucon. Tapi sekarang saya sadar kalian benar-benar serius,'' begitu tertulis pada akun Twitternya @RichardPrince4.

Instagram dan kerancuan hak cipta
Selain memudahkan publikasi apapun, media sosial juga menimbulkan banyak masalah. Di antaranya peretasan informasi pribadi dan pembajakan karya. Terlebih jika kita berbicara tentang Instagram.

Media sosial pengepul foto tersebut memiliki kekuatan visual yang khas. Kapanpun dan di manapun, Instagramers bisa membagi momen apapun, termasuk karya-karya fotografi dan lukisan.

Tak heran, saat ini banyak seniman visual yang memanfaatkan Instagram sebagai galeri berkarya. Sebab, pemasarannya lebih meluas dan murah, hanya mengandalkan koneksi internet.

Sebut saja Azer, seorang komikus yang semakin terkenal berkat akun Instagramnya yang bernama @komikazer. Pria ini mengaku sangat terbantu oleh Instagram dalam memasarkan karya seninya.

Adapula Eko Meinanto, pria 22 tahun yang baru ingin berkiprah sebagai seorang seniman. Ia langsung memulainya dari Instagram. Alhasil, kini banyak yang menawarinya berkolaborasi dalam berbagai pameran seni.

Walau begitu, baik Eko dan Azer pun mengakui adanya kerancuan akan hak cipta dari akses terbuka yang diakomodir Instagram.

Beberapa orang menganggap foto yang dibagi di Instagram tak lagi memiliki kekuatan hak cipta. Pasalnya, foto tersebut telah dibagi ke khalayak ramai.

Makanya, banyak yang mencaplok foto di sana sini dan memasukkannya lagi ke akun Instagram pribadi. Cara ini diistilahkan sebagai regram. Banyak yang melakukannya dan menganggapnya tak apa-apa.

Bersinggungan dengan kasus Prince, Advokat paten dan hak cipta John Arsenault memandangnya lebih kompleks ketika berbicara dalam konteks hukum.

New Portraits, katanya, tak bisa dituding sebagai plagiarisme langsung. Pasalnya, tertera nama si pemilik foto orisinil dalam karya Prince. Lagipula, Prince memodifikasi keterangan foto yang mengisyaratkan maksud serial foto itu dengan cara satir. Di situ penyampaian seninya.

Namun, ini kembali rancu ketika konteksnya adalah karya seni yang dipamerkan dan dari situ si seniman meraup untung. Pada karya Prince, ia meraup duit Rp 1,3 miliar dari hasil mencomot karya fotografi orang-orang.

"Karya Prince menciptakan pertanyaan dari keterangan foto yang diubah. Pertanyaan yang menggelitik, namun ia menjualnya untuk uang," kata Arsenault.

Walau di ranah hukum karya Prince bisa diperdebatkan, namun jika dilihat dari sisi keadilan dan nurani, rasanya tiap orang punya perspektif masing-masing.

Perlu diketahui, salah satu potret yang dimodifikasi Prince berasal dari akun Instagram @suicidegirls. Foto yang sama pernah dicetak dengan ukuran kanvas serupa Prince oleh si pemilik akun @suicidegirls.

Karya asli itu hanya terbeli seharga 90 dollar AS atau setara Rp 1,1 juta. Bandingkan dengan duit Rp 1,3 miliar Prince dari hasil modifikasi keterangan foto. Adilkah?

Tag :

Editor : Reza Wahyudi

Sumber : The Verge, artnet

Baca Lainnya