Ide dan inovasi kerap muncul kala tak sengaja dicari-cari. Hal inilah yang dialami Andri Yadi, CEO perusahaan pengembang software Dynamic Code (DyCode) sekaligus pencipta salah satu produknya, aplikasi photo sharing "Jepret".
Andri mengembangkan Jepret sejak 2012. "Intinya seperti Instagram, tapi untukfeature phone," kata Andri pada Nextren di ajang Popcon 2015 awal bulan ini.
Setelahfeature phonedilengserkan dominasismartphone, Jepret sempat mati suri. Baru menjelang pernikahannya, pada Maret 2014, Andri mendapat ide untuk kembali membangkitkan Jepret.
Pernikahan jadiusaha
Masalah acara pernikahan dan acara-acara lain selama ini, menurut Andri, adalah kesulitan melakukan dokumentasi acara dari berbagai sudut pandang.
"Kebanyakan foto pernikahan hanya mengambil potret pasangan yang menikah dan keluarga. Sementara kerumunan undangan lainnya tak terlalu terakomodasi," katanya.
Selain itu,boothfoto yang tersedia kerap membuat tamu mengantre lama. Rata-rata waktu tunggu diperkirakan 15 hingga 30 menit. Belum lagi untuk mengolah foto dan mencetak.
Andri ingin memangkas keruwetan itu pada hari istimewanya, 30 Maret 2014 lalu. "Sebagai seoranggeekkan pengen sewaktu nikah ada yang lucu-lucu," ia berujar.Dia pun mengembangkan layanan cetak foto bernama Jepret Cloud+Print . Para tamu undangan bisa memanfaatkannya untuk mencetak foto di acara pernikahan tanpa perlu antre panjang. Caranya cukup dengan mengunggah gambar yang diambil dengan ponsel masing-masing ke media sosial seperti Twitter, Instagram, Google Plus, dan Path, dengan disertai tagar tertentu.Semua foto bertagar akan dikumpulkan oleh layanan Jepret Cloud+Print dan dicetak secara otomatis oleh sebuah mesin bernama Allegra. Sebuah frame foto berukuran 4R bisa dicetak dalam waktu relatif singkat, hanya 8 detik saja. Mesin Allegra sendiri merupakan gabungan printer, modem, dan sebuah komputer mini Raspberry Pi yang berisi program untuk mengambil foto dari jejaring sosial dan mencetaknya. Di lain pihak, penggelar acara dapat mengumpulkan semua file digital dari foto-foto event yang diimbuhi tagar lewat Jepret Cloud, platform komputasi awan yang menjadi tulang punggung layanan-layanan Jepret.
Usai acara pernikahan, ternyata banyak tamu yang menanyakan soal "Jepret Cloud+Print". Padahal Andri tak berekspektasi apa-apa. Dari sini, benih usaha baru pun tumbuh."Wedding Organizerpernikahan saya akhirnya pakai Jepret juga buat nikahan-nikahan lain. Saya nggak menyangka ini bisa jadi sesuatu untuk dijual," katanya. DyCode kini menyediakan sewa layanan Jepret Cloud+Print lengkap dengan mesin Allegra, dua orang operator on-site, dan kertas foto dalam jumlah tak terbatas untuk individu atau perusahaan yang hendak menggelar acara. Harganya dipatok mulai Rp 4 juta per tiga jam.
Beranak tiga
Pada 19 Desember 2014, Andri meluncurkan aplikasi"Jepret Story". Tak berbeda jauh dari Jepret difeature phone, kali ini Jepret Story hadir dismartphonedengan beberapa pengembangan.
Dalam berbagai acara dan momen penting, pengguna Jepret Story bisa saling berbagi foto secara real-timedengan lebih mudah.
"Misalnya lagi liburan. Tiap orang tinggal sepakati penggunaan tagar tertentu. Nanti semua foto dari perangkat para pengguna yang berbeda-beda bisa langsung tersimpan. Nggak perlu lagi kirim-kiriman foto," Andri mencontohkan.
Jepret pun kini beranak menjadi tiga lini: Jepret Story, Jepret Cloud dan Jepret Cloud+Print Print. Semuanya menjadi anak usaha DyCode.
Ketiganya, kata Andri, masing-masing memenuhi kebutuhan bereda dan merupakan rangkaian yang saling melengkapi. Para pengguna gadget mobile bisa memanfaatkan Jepret Story sebagai media sosial berbagi foto. Para pembuateventbisa menggunakan Jepret Cloud+Print untuk dokumentasi dan meramaikan suasana acara.
"Para undangan yang mengunggah foto akan melengkapi dokumentasi pasangan yang menikah. Lalu mereka juga dapatrewardkarena bisa mengambil foto yang dicetak tanpa mengantre," kata Andri.
Bisa untuk promosi
Tak hanya menyasar paraevent orginizer,Jepret Cloud+Allegra juga diklaim efektif sebagai media promosi, contohnya untuk cafe dan restoran.
Andri percaya, pemasaran dari mulut ke mulut efektif untuk membangun rasa ingin tahu dan ingin coba. Nah, lewat Jepret Cloud+Print, pemilik cafe atau restoran bisa membangun antusiasme netizen di media sosial.
Misalnya, pengunjung cafe cukup diminta berfoto dengansmartphonemasing-masing, lalu mengunggah hasil potret ke Twitter, Instagram, Path atau Google Plus.
Tak lupa, tagar nama cafe atau restoran disematkan pada foto yang dibagi. Imbalannya, pengunjung akan mendapat oleh-oleh foto dalam bentuk tercetak 4R saat pulang.
"Dengan menyebarkan tagar nama cafe atau restoran, maka pengunjung turut mempromosikan cafe atau restoran itu ke paranetizen," kata Andri.
Sejauh ini, sudah dua cafe di Bandung yang menyewa alat Jepret Cloud+Print. "Tak menutup kemungkinan juga nantinya Allegra bisa dijual. Sekarang jumlahnya ada 6 dan disediakan untuk sewa. Soalnya alat ini kan masih kami buathandmade," pungkasnya.