Virus VOMO Viral di Internet, Incar Pembeli Gadget Online

Senin, 02 Oktober 2023 | 20:04

Ilustrasi berita penipuan gadget online

Nextren.com - Smartphone kini menjadi benda yang tak terpisahkan dari kehidupan banyak orang, termasuk masyarakat Indonesia.

Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, pengguna smartphone pun tak kalah banyaknya.

Dikutip dari laman Goodstats.id,Indonesia menduduki peringkat keenam dalam jajaran negara dengan pengguna smartphone terbanyak, yakni mencapai 73 juta pengguna.

Tak hanya itu, jumlah ini juga diperkirakan akan mengalami pembengkakan menjadi 115 juta pengguna pada 2027.

Menariknya, fenomena ini juga memicu tren baru di kalangan masyarakat. Salah satunya, berganti-ganti model dan merek smartphone dalam waktu singkat.

Baca Juga: Cara Terbaru Cek Stalker Instagram Pakai ataupun Tanpa Aplikasi

Tak sedikit gadgetenthusiastatau pecinta gawai “dijangkiti” fear of missing out(FOMO) untuk memperoleh gawai paling gres dari berbagai merek.

Contohnya, ketikabrandsmartphonemerilis lini terbaru ponselflagshipmereka.

Tak sedikit konsumen yang berbondong-bondong menyerbuwebsite pre-orderagar bisa mendapat ponsel tersebut lebih cepat.

Meski begitu, FOMO di kalangan penggunagadgetnyatanya bukan hal yang baru.

Dilansir dari riset Neurosensum berjudul “Memahami Tren Masa Kini” pada 2018, disebutkan bahwa hampir sebagian besar masyarakat dunia lebih memilih membeli gadget dan elektronik, ketimbang membeli produk kebutuhan harian.

Tak hanya itu, riset tersebut juga menemukan bahwa pengeluaran untuk produksmartphonedalam dua tahun terakhir terus menanjak, yakni hingga 21 persen.

Sementara untuk produk gadget dan elektronik, kenaikannya mencapai 50 persen.

Dengan demikian, dapat disimpulkangadget enthusiastsering bergonta-ganti gadget dan produk elektronik mengikuti tren terkini.

Baca Juga: Cara Menghasilkan Uang dari Instagram Live, Syaratnya Gampang!

Celahtipu-tipu

Sayangnya, fenomenaFOMOmemberi celah bagioknum untuk melakukan aksitipu-tipukepada pencinta gadget.

Salah satunya, lewat transaksionlinedi media sosial,website, ataumarketplace.

Hal ini turut diperkuat oleh riset berjudul “Penipuan Digital di Indonesia: Modus, Medium, dan Rekomendasi” yang diterbitkan Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (CfDS UGM).

Riset yang dilakukan pada awal 2022 tersebut menemukan bahwa masyarakat Indonesia masih rentan terhadap penipuan digital, mengingat modus penipuan juga terus berkembang seiringsemakin jamaknyakebiasaan berbelanjaonline.

Dari 1.132 responden yang pernah menjadi korban, sebanyak 29,4 persen responden mengaku pernah menjadi korban penipuan jual beli.

Sementara itu, media komunikasi yang paling banyak digunakan untuk melakukan modus penipuan adalah jaringan seluler (SMSataupanggilan telepon) sebanyak 64,1 persen, diikuti media sosial sebanyak 12,3 persen, aplikasichat9,1 persen, situswebsebanyak 8,9persen, danemailsebanyak 3,8 persen.

Khusus untuk aplikasi chat, modus penipuan umumnya dilakukan penipu dengan menggunakan foto profil berlogo instansi atau figur penting untuk mengelabui calon korban.

Pada beberapa kasus, oknum penipu juga bisa mengelabui konsumen commercedenganmengajak pembeli melakukan transaksi nonresmivia fiturchat.

Modus tersebut dilakukan lantarane-commercebaru akan mencairkan uang dari pembeli ke penjual setelah transaksi berhasil, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penipuan.

Salah satu konsumen yang pernah mengalami pengalaman ini adalah Dini (28) pada 2018. Ia mengaku tergiur dengan ajakan bertransaksi di luare-commercesaat membelismartphonekeluaran terbaru.

Menurut sang penjual, smartphone yang diinginkan Dini bisa sampai lebih cepat asalkan ia mengirim uangdown payment(DP) terlebih dahulu ke rekening sang penipu.

“Awalnya lihat iklan die-commerce. Ketika ditanya, penipu ini bilangsmartphoneyang saya mau bisa langsung dikirim oleh kurir toko dalam waktu satu jam, asalkan transfer dulu DP 50 persen,” ujar Dini.

Untuk meyakinkan Dini agar segera membayar, sang penipu juga mengatakan bahwa unit yang tersedia hanya tersisa satu. Karena takut kehabisan alias FOMO, Dini tanpa ragu langsung mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening tersebut.

“Waktu itu, panik karena takut kehabisan. Enggak pikir panjang, saya transfer saja uangnya. Setelah itu, dikirim foto paketnya mau dikirim ke rumah. Setelah satu jam ditunggu, penjualnya enggakbalaslagi. Barulah saya sadar sudah tertipu,” ungkapnya.

Baca Juga: Daftar Lengkap Gadget dan Teknologi Pilihan dalam Nextren Editorial Choice 2022

Kemunculan virus VOMO

Kisah Dini menjadi bukti akan besarnya pengaruh FOMO terhadap keputusan dan rasionalitas seseorang, khususnya ketika membeli barang yang diinginkan.

Bagi Anda yang gemar membeli gadget, media sosial juga sedang dihebohkan dengan peredaran virus VOMO. Kabarnya, virus ini menjadi ‘angin surga’ bagi para pencinta gadget.

Meski begitu, tim Nextren masih belum menemukan informasi lengkap tentang arti maupun konsep dari tren ini. Ikuti terus perkembangan fenomena VOMO ini di Nextren!

Tag

Editor : Sheila Respati