Nextren.com -Elon Musk resmi menjabat sebagai pemilik sekaligus CEO Twitter sejak 28 Oktober lalu.
Selama seminggu menjabat, Elon Musk memberikan beragam perubahan besar bagi cara operasional perusahaan Twitter dan efisiensi tenaga kerja.
Elon Musk memecat 4 eksekutif Twitter pekan lalu diikuti dengan PHK massal bagi karyawan Twitter.
Tak main-main, Elon Musk memecat 3.800 karyawan atau setengah dari total karyawan Twitter di seluruh dunia yang berjumlah 7.500.
Perubahan besar dari segi tenaga kerja ini ditujukan untuk menghemat biaya operasional perusahaan dan mengefisienkan anggaran.
Namun, langkah PHK massal yang dilakukan oleh Elon Musk ini membuat beberapa pihak geram, termasuk pengiklan Twitter.
Baca Juga: Elon Musk PHK Massal 3.800 Karyawan Twitter, Mulai Sulit Cari Cuan?
Dilansir dari Engadget, Elon Musk menghadapi masalah besar di mana para pengiklan meninggalkan Twitter.
Elon Musk pada hari Jumat mengatakan bahwa Twitter mengalami penurunan pendapatan yang besar karena pengiklan tak mau menaruh produknya selama masa transisi.
Pengiklan khawatir tentang rencana fitur moderasi konten dan masalah lain yang diangkat oleh para aktivis.
Baca Juga: Tombol Edit Twitter Akan Segera Tersedia Gratis Untuk Semua Pengguna
Menurut laporan tersebut, sejumlah perusahaan besar telah menghentikan sementara iklan dalam beberapa hari terakhir.
Adapun perusahaan yang mulai meninggalkan Twitter adalah GM, Audi, Pfizer, General Mills, Volkswagen, dan perusahaan besar lainnya.
Perusahaan-perusahaan besar tersebut diprediksi tak mau beriklan di Twitter karena mewaspadai kemungkinan perubahan kebijakan Twitter serta kepergian para top eksekutif.
Sementara itu, The New York Times melaporkan munculnya keprihatinan dari kelompok industri tentang keamanan brand Twitter di bawah Elon Musk.
Salah satu perusahaan perikalanan terbesar dunia, IPG, bahkan mengeluarkan rekomendasi bagi klien mereka untuk menghentikan sementara aktivitas advertising di Twitter.
Baca Juga: Elon Musk Sah Jadi Pemilik Twitter, Nilai Kripto DOGE Naik 111 Persen, Kok Bisa?
Elon Musk juga ditakan oleh kelompok aktivis HAM yang menyerukan pengiklan untuk memboikot Twitter.
Kelompok aktivis menyebut Twitter sebagai platform tidak bermoral, berbahaya, dan sangat merusak demokrasi.
Twitter juga disebut sebagai media untuk memicu ujaran kebencian, penolakan pemilu, dan teori konspirasi.
It is immoral, dangerous, and highly destructive to our democracy for any advertiser to fund a platform that fuels hate speech, election denialism and conspiracy theories. Until actions are taken to make this a safe space, we call on companies to pause all advertising on Twitter.Baca Juga: Pasca Dibeli Elon Musk, Twitter Bakal Patok Tarif Verifikasi 300 Ribu Per Bulan— Derrick Johnson (@DerrickNAACP) November 4, 2022
Elon Musk mengkonfirmasi bahwa Twitter telah kehilangan banyak keuntungan karena kelompok aktivis menekan para pengiklan.
Salah satu orang terkaya di dunia ini menuliskan tweet yang menggambarkan kondisi tersebut pada 4 November kemarin.
"Twitter telah kehilangan banyak keuntungan karena kelompok aktivis menekan pengiklan, meskipun dtidak ada yang berubah denagn moderasi konten dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk menenangkan para aktivis," tulisnya.
"Sangat kacau! Mereka mencoba untuk menghancurkan kebebasan bicara di Amerika," sambungnya.
Twitter has had a massive drop in revenue, due to activist groups pressuring advertisers, even though nothing has changed with content moderation and we did everything we could to appease the activists.Extremely messed up! They’re trying to destroy free speech in America.(*)— Elon Musk (@elonmusk) November 4, 2022