APJII Soroti Perang Tarif Fixed Broadband, Kualitas Jadi Korban?

Rabu, 26 Oktober 2022 | 11:30
Nextren

Ketua umum APJII (Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia), Muhammad Arif, dalam sesi diskusi panel mengenai perang tarif fixed broadband di Indonesia, Selasa (25/10).

Laporan wartawan Nextren, Fahmi Bagas

Nextren.com - Perang tarif layanan fixed broadband dari sejumlah perusahaan penyedia di Indonesia tengah menjadi salah satu sorotan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia).

Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap internet pun dinilai sebagai salah satu faktor yang menimbulkan adanya perang tarif fixed broadband.

Ketua APJII, Muhammad Arif, menyatakan bahwa saat ini pertumbuhan penyedia layanan fixed broadband bertambah setiap hari.

"Setiap hari, saya mendapat laporan bahwa ada penambahan sekitar 2-3 ISP baru yang mendaftar," tuturnya dalam sebuah acara diskusi panel, Selasa (25/10).

Baca Juga: Warga Bekasi Boleh Bangga, Internetnya Tercepat di Indonesia Kalahkan Jakarta

Ia pun menyampaikan bahwa sampai saat ini jumlah ISP yang ada di Indonesia sudah mencapai 830 ISP.

"Jumlah ini merupakan yang terbanyak di Indonesia," jelasnya.

Sejauh ini terdapat beberapa perusahaan yang berkecimpung di industri layanan fixed broadband seperti IndiHome, Biznet, First Media, Biznet, MyRepublic, Link Net, Oxygen, dan lainnya.

Ditambah sejumlah operator seluler Indonesia juga diketahui telah mencoba untuk bersaing di ranah tersebut.

Tercatat bahwa XL Axiata juga menawarkan layanan fixed broadband dengan produk XL Home.

Baca Juga: Meski Tanpa Listrik, Kini Warga Desa Selong Belanak Bisa Nikmati Sinyal 4G Telkomsel

Lalu ada pula Indosat Ooredoo Hutchison yang mengusung HiFi sebagai layanannya.

Dengan kondisi tersebut, perang tarif fixed broadband di Indonesia pun dianggap Arif sudah tidak bisa terelakan.

Hal itu bisa dilihat dari bagaimana sejumlah penyedia jasa layanan fixed broadband yang mematok tarif lebih rendah.

Padahal menurut Arif, tarif fix broadband di Indonesia sudah terbilang murah.

"Tren harga fix broadband (di Indonesia) ini sesuatu yang menurut saya mendekatibottom atau harga dasar ya," tuturnya.

Baca Juga: Cara Melihat Password WiFi Tersimpan di iPhone dan iPad, Fitur Baru NIh!

Dan ia pun merasa bahwa adanya perang tarif fixed broadband di Indonesia akan berdampak pada kualitas layanan internet.

Sebab biaya yang murah pada tarif fixed broadband tidak membuatcost production perusahaan menjadi lebih murah juga.

"Jika perang harga ini terus berlanjut, yang dikorbankan itu kualitas ya, sedangkancost productionpasti nambah setiap tahunnya," tutur Arif.

Baca Juga: Indosat HiFi Resmi Hadir, Tarif 300 Ribuan Dapat Internet Cepat 100 Mbps

Perang Tarif Fixed Broadband Masih Dianggap Wajar

Kendati APJII telah melihat adanya tren perang tarif fixed broadband, namun Arif menganggap kalau kondisi tersebut masih wajar.

Karena sistem di Indonesia dirasa menyesuaikan dengan mekanisme pasar yang cenderung dinamis.

Justru dengan adanya perang tarif fixed broadband, APJII berharap agar Pemerintah Indonesia bisa terus memantau industri tersebut.

"APJII sangat mendukung agar pemerintah terus mengawasi dan menjaga iklim kompetisi bisnis fixed broadband yang sehat," pungkas Arif.

(*)

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya