Harga BBM di Indonesia Naik, Kenapa Di Malaysia Malah Turun? Ternyata Ini Alasannya

Rabu, 07 September 2022 | 18:32
Nur Jamal Sai'id/Kompas.com

Kondisi SPBU setelah Kenaikan harga BBM di Indonesia

Nextren.com - Saat baru-baru ini Indonesia mengalami kenaikan BBM dengan harga yang cukup drastis, Malaysia justru mengumumkan penurunan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) mereka.

Kenaikan harga BBM ini tentunya membuat banyak masyarakat geram sehingga terjadi banyak demo dimana-mana.

Tentunya banyak masyarakat yang merasa kenaikan harga BBM ini justru akan menyulitkan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Pertamina kini telah menaikkan harga semua jenis BBM.

Mulai dari harga pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000, pertamax dari Rp 12.500 menjadi RP 14.500 dan solar naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter.

Dilansir dari Malaymail, pemerintah malaysia justru melakukan penurunan harga BBM jenis RON97 dari 4,35 ringgit Malaysia menjadi 4,30 ringgit atau Rp 14.200 per liter, Rabu (24/8/2022).

Uniknya, sampai ini harga tersebut masih belum berubah sama sekali.

Hal ini dilakukan karena pemerintah Malaysia mencoba untuk melindungi masyarakat dari harga minyak dunia yang semakin meroket.

Sudah subsidi kok masih mahal?

Tentunya hal ini banyak membuat masyarakat bertanya-tanya, karena dengan adanya subsidi justru membuat harga bbm kita lebih mahal dar negara tetangga.

Dilansir dari Kompas.com, Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyakdan Gas Bumi (BPH Migas) Saleh aburahman menjelaskam bahwa subsidi BBM di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan Malaysia.

Ia menambahkan, hal ini dilakukan karena keadaan fiskal Malaysia lebih baik dari Indonesia.

Sehingga sehingga mampu memberikan stimulus ke masyarakat ketika terjadi inflasi seperti sekarang.

Dikutip dari Kompas.com, pakar ekonomi UGM Eddy Junarsin juga menjelaskan bahwa proporsi subsidi Indonesia dan Malaysia itu sangat berbeda.

"Katakanlah di bulan April harga minyak baru akan naik, Malaysia itu subsidinya sekitar 8,5 % dari APBN. Indonesia itu sekitar 4,9 % atau katakanlah 5." ucapnya.

Ia juga menjelaskan bahwa Malaysia sudah sulit mensubsidiBBM jenis RON 92 (Pertamax) maupun RON 90 (Pertalite).

Pemerintah Malaysia saat ini hanya mensubsidi BBM jenis RON 95 keatas.

Keterbukaan yang kurang dari pemerintah

Selain faktor perbedaan jumlah subsidi kedua negara, ternyata keterbukaan pemerintah terhadap kenaikan harga bbm ini juga terbilang buruk.

Eddy menjelaskan bahwa pemerintah harusnya lebih transparan dalam menyampaikan informasi kemungkinan kenaikan harga minyak.

Sehingga ia menyayangkan langkah pemerintah yang tetap mempertahankan harga BBM disaat harga minyak dunia mulai naik.

Oleh karena Tidak heran jika sekarang kita dapat melihat banyak masyarakat melakukaan demo dimana-mana.

(*)

Editor : Wahyu Subyanto

Sumber : kompas, Malay Mail