Nextren.com - Serangan Rusia ke Ukraina mendapatkan perlawanan sengit dan cukup mengejutkan, mengingat di atas kertas kekuatan militer keduanya sangat tidak berimbang.
Rahasia di balik pertahanan Ukraina adalah dukungan penuh dari Amerika Serikat dan negara-negara NATO, berupa persenjataan canggih, termasuk tenaga cyber, logistik dan pendanaan.
Berawal dari kecaman, Amerika Serikat (AS) kini telah melakukan beragam kebijakan untuk membantu Ukraina dalam konflik melawan Rusia yang terjadi sejak 24 Februari 2022 lalu.
Beberapa cara yang dilakukan oleh AS untuk membantu Ukraina adalah memberikan sanksi ekonomi, mengirimkan senjata, hingga kini melatih tentara Ukraina untuk menggunakan senjata kiriman Pentagon alias Kementerian Pertahanan AS.
Lantas apa sebenarnya tujuan AS yang begitu jor-joran membantu Ukraina dalam menghadapi pasukan militer Rusia.
Baca Juga: Perang Dunia 3 Diklaim Sudah Terjadi, Kini Rusia Siap Perangi NATO
Berikut ini adalah beberapa analisis terkait tujuan keterlibatan AS dalam konflik Ukraina Vs Rusia:
1. Demi Cari Keuntungan
Media China menggambarkan peran Amerika Serikat (AS) dalam konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
AS yang kerap memberikan bantuan militer pada Ukraina dikatakan memiliki niatan tersembunyi.
Alih-alih menyelesaikan perang, pemerintahan Joe Biden dituding justru sengaja memperpanjang konflik.
Dilansir dari media Rusia RIA Novosti, Minggu (17/4/2022), Amerika Serikat dituding mengharapkan konflik berkepanjangan di Ukraina untuk keuntungannya sendiri.
Menurut editorial di surat kabar China Global Times, AS melakukan upaya tersebut sejak awal dimulainya invasi.
“Setelah dimulainya krisis Ukraina, hampir semua yang dilakukan Washington adalah untuk memperpanjang konflik, dan untuk ini, semua jenis mobilisasi dan upaya dilakukan,” bunyi tulisan tersebut.
Menurut surat kabar itu, Amerika Serikat memanfaatkan kekacauan yang ada untuk kepentingan produsen senjata AS.
Pasalnya, setelah konflik terjadi, dikabarkan saham produsen perusahaan terkait telah mengalami pertumbuhan signifikan.
Selain itu, AS juga mencari celah untuk menerima dividen geopolitik dari memanipulasi Eropa dan NATO dengan kedok ancaman Rusia.
"Kompleks industri militer AS adalah penerima manfaat langsung dan terbesar dari perpanjangan konflik," simpul tulisan tersebut.
Menurut ahli, Kyiv digunakan oleh Washington sebagai boneka.
AS dituding memasok negara itu dengan senjata dan amunisi untuk menciptakan preseden buruk, dan mendorong krisis Ukraina ke konsekuensi yang tidak terduga.
Diketahui, Presiden Joe Biden belum lama mengatakan bahwa Amerika Serikat akan memberi Ukraina paket bantuan militer baru senilai 800 juta USD (sekitar Rp 11 triliun) yang mencakup artileri, pengangkut personel lapis baja dan helikopter.
Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri Rusia mengirim peringatan ke semua negara, termasuk Amerika Serikat, karena pasokan senjata ke Ukraina.
2. Penjelasan Eks Agen CIA
Mantan staf operasional CIA, Brian Dean Wright, menyatakan bahwa sejatinya Amerika Serikat (AS) telah mengobarkan perang melawan Rusia.
Ia menyinggung tiga tindakan pemerintahan Joe Biden yang menunjukkan hal tersebut.
Antara lain adalah keberpihakan AS terhadap Ukraina dengan sejumlah bantuan materi dan taktis melawan Rusia.
Hal ini diutarakan dalam tayangan wawancara di kanal YouTube Fox News, Minggu (19/3/2022).
Baca Juga: Vladimir Putin Jumawa, Sebut Sanksi Barat kepada Rusia Picu Kehancuran Ekonomi Eropa dan AS
Wright menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan AS dalam perang Rusia-Ukraina bisa disamakan dengan deklarasi perang.
Mengesampingkan perselisihan dua kubu, Wright mengajak masyarakat untuk menilik secara jernih dan objektif.
Menurut Wright, AS telah melancarkan tiga hal yang dikategorikannya sebagai penyerangan.
Pertama adalah dijatuhkannya sanksi ekonomi yang membuat nilai mata uang Rubel anjlok hingga 35 %.
Selanjutnya adalah tindakan AS memberikan bantuan militer kepada Ukraina baru-baru ini.
"Pahamilah bahwa kita pada dasarnya telah menyatakan perang melawan Rusia," kata Wright.
"Kita sudah melakukan tiga hal, yang pertama melumpuhkan perekonomian mereka. Yang kedua, kita menyumbang semua persenjataan (ke Ukraina-red)."
Wright kemudian menuturkan fakta yang belum banyak diketahui publik.
Yakni bahwa AS telah menggunakan sumber daya militernya untuk membantu Ukraina.
Rupanya, Pentagon mengerahkan satelit dan intelejennya untuk melacak sasaran dari pasukan Rusia.
Baca Juga: Tak Takut Lawan AS, Putra Mahkota Saudi Dukung Vladimir Putin di Krisis Ukraina
Mengingat pihak Rusia kini telah kehilangan 4 mayor jenderal dan sejumlah komandan perang.
Selain itu, pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin juga menderita kekurangan logistik akibat diledakkan Ukraina.
"Dan yang ketiga belum banyak disiarkan di media. Yakni kita memberikan strategi intelejen taktikal untuk Ukraina," ujar Wright.
"Pemerintah telah menandai kepala tentara dan peralatan Rusia. Mata-mata dan satelit kita telah membantu Ukraina membunuh Rusia."
"Jadi sebenarnya kita sudah mendeklarasikan perang."
Namun, Wright memperingatkan bahwa Rusia tak akan tinggal diam.
Lantaran tak bisa membalas sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS, Kremlin diperkirakan akan melakukan serangan lewat teknologi.
"Rusia tak bisa menjatuhkan sanksi ekonomi seperti yang kita lakukan, dia akan melakukan hal-hal seperti serangan cyber," pungkasnya.
Baca Juga: Berani 'Senggol' Rusia, Putin Tuntut Israel Serahkan Gereja Suci di Yerusalem
3. AS Akui Ingin Rusia Lemah
Sementara itu Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan menyampaikan pemerintah AS siap menyediakan apapun senjata yang diminta oleh Ukraina.
AS mengaku akan terus menyuplai senjata ke Ukraina untuk membantu dalam konflik melawan Rusia.
Sullivan mengatakan, pemerintah AS saat ini mengirim senjata ke Ukraina setiap hari.
Artikel ini telah tayang di TribunWow.com dengan judul Cari Untung hingga Ingin Rusia Lemah, China hingga Eks CIA Ungkap Alasan AS Terlibat Konflik UkrainaPenulis: anung aulia malik