Roman Abramovich Diduga Diracun Senjata Kimia, Kulit Wajah sampai Mengelupas!

Selasa, 29 Maret 2022 | 11:13
Reuters

Roman Abramovich

Nextren.com -Oligarki Rusia sekaligus mantan pemilik Chelsea, Roman Abramovich diduga telah diracun senjata kimia.

Dilansir dari Wall Street Journals (WSJ), Roman Abramovich diduga diracun saat menjadi mediator negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina.

WSJ melaporkan bahwa Roman Abramovich dan 2 negosiator Ukraina menunjukan tanda keracunan setelah menghadiri pertemuan di Kyiv pada 3 Maret lalu.

Roman Abramovich disebutkan mengalami gejala-gejala seperti mata merah, kulit wajah dan tangan mengelupas, mata merah, hingga inflamasi kulit yang menyakitkan.

Wall Street Journals mengaku bahwa laporan tersebut berasal dari sumber yang dekat dengan keluarga Roman Abramovich.

Namun, WSJ tak menyebutkan dengan pasti identitas sumber untuk alasan keamanan.

Baca Juga: Uang Nasabah BCA Rp 135 Juta Mendadak Hilang, Uang Dikuras di ATM Padahal Kartu Dipegang Pemiliknya

Kasus peracunan Roman Abramovich dan negosiator asal Ukraina ini menimbulkan pertanyaan besar bagi masyarakat dunia.

Siapa dalang dibalik peracunan Roman Abramovich dan apa tujuannya?

Simak penjelasan selengkapnya di halaman berikutnya.

Rusia Dibalik Peracunan Roman Abramovich?

Sebuah media investigatif asal Belanda Bellingcat mengaku bahwa kasus keracunan yang dialami oleh Roman Abramovich pernah terjadi pada tahun 2020.

Bellingcat mengatakan bahwa gejala yang dialami Roman Abramovich pernah ditemukan pada kasus peracunan Alexei Navalny dan Sergei Skripal.

Hal tersebut membuat Bellingcat yakin bahwa gejala-gejala yang dialami Roman Abramovich berasal dari senjata kimia Rusia.

Kendati demikian, Bellingcat tak mempunyai bukti yang cukup kuat untuk memperkuat pernyataannya.

Baca Juga: Jejak Aksi Serangan Hacker Rusia yang Paling Ditakuti Dunia, Bisa Bikin AS Kalang Kabut

Sementara itu, Wall Street Journal juga mengungkapkan bahwa para ahli yang menyelidiki kasus Roman Abramovich gagal mendapatkan sampel dari ketiga korban tepat waktu.

Jadi, tak ada tuduhan spesifik yang mengarah ke negara atau organisasi tertentu.

Bagaimana pendapat sobat Nextren terkait kasus ini? Bagikan pendapat kalian di kolom komentar ya!

(*)

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya