Cara Kerja Teknologi Modifikasi Cuaca, Cegah Hujan di Sirkuit MotoGP Mandalika

Minggu, 20 Maret 2022 | 19:33
Lifeboat

ilustrasi teknologi modifikasi cuaca

Nextren.com - Hari ini saat gelaran MotoGP, sirkuit Mandalika dilanda hujan deras, lalu berhasil berhenti cukup lama, dan hujan turun kembali.

Di balik proses pemindahan hujan tersebut, ada upaya yang dilakukan secara ilmiah oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan secara magis oleh pawang hujan.

Secara teknologi, BRIN menggelar operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Mandalika, Nusa Tenggara Barat, sesuai permintaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Pasalnya, peringatan dini dari BMKG wilayah NTB menyebutkan adanya potensi hujan lebat dengan petir dan angin puting beliung.

Upaya yang dilakukan BRIN adalah memakai teknologi modifikasi cuaca.

Baca Juga: Motor Alex Rins Terbakar di MotoGP Mandalika Jadi Tren Medsos, Ini Penyebabnya

Operasi teknologi modifikasi cuaca di Mandalika terselenggara dengan dukungan 1 Unit armada pesawat Casa 212-200 dari Skadron 4 TNI AU Lanud Abdulrahman Saleh Malang.

Upaya modifikasi cuaca diawali dengan analisa data cuaca setiap hari bersama BMKG, dan memonitor pertumbuhan awan dari radar untuk menentukan strategi penyemaian awan.

"Jika sudah terpantau ada pertumbuhan awan potensial hujan yang bergerak menuju daerah target, kami segera melakukan persiapan sorti penyemaian untuk mempercepat proses hujan, supaya lebih dulu jatuh sebelum mencapai daerah target,” ujarnya dilansir kompas.com.

Menurut Koordinator Lab Pengelolaan TMC, Budi Harsoyo, operasi Teknologi Modifikasi Cuaca di Mandalika ini bertujuan untuk mengurangi curah hujan (rain enhacement).

Tak hanya untuk acara besar seperti MotoGP, ternyata teknologi Modifikasi Cuaca juga mulai banyak dipakai untuk acara kenegaraan, mitigasi banjir dan pengamanan pembangunan infrastruktur nasional.

Apa itu teknologi modifikasi cuaca?

Menurut situs resmi BPPT, teknologi modifikasi cuaca (TMC) dilakukan dengan meniru proses yang terjadi di dalam awan, melalui aktivitas penyemaian awan (cloud seeding).

Penyemaian awan dilakukan pada awan Cumulus (Cu) yang banyak mengandung uap air dan berpotensi menjadi hujan.

Untuk mempercepat proses terjadinya hujan, sejumlah partikel higroskopik yang dibawa dengan pesawat sengaja disemprotkan langsung ke dalam awan, agar proses pengumpulan butiran tetes air di dalamnya dimulai.

Adapun penyemprotan bisa dapat dilakukan di bawah dasar awan maupun langsung ke dalam awan.

Baca Juga: Aksi Para Pembalap MotoGP di Mandalika, Jajan Kelapa Hingga Beli Charger

Hujan Penyemaian awan bertujuan untuk mempercepat proses tumbukan (collision) dan penggabungan (coalescence) yaitu butir air di dalam awan yang merupakan syarat terjadinya hujan.

Bahan semai dalam operasi TMC ini berupa bubuk garam halus (NaCl) berdiameter 10 mikron.

Bahan semai dilepaskan ke dalam awan lewat air scoop di sisi bawah pesawat. Selain garam halus, TMC juga memakai bahan semai baru berupa flare padat, yang dikemas dalam tabung untuk dibawa pesawat di dalam rack mounting di sayap pesawat.

Berbeda dengan garam halus yang ditabur lewat sisi bawah pesawat, bahan semai flare padat ini dilepaskan ke dalam awan dengan pembakaran.

Asap dari flare terbakar itu lalu diarahkan masuk ke dalam awan, sehingga penyemaian dilakukan di bagian dasar awan.

Tag

Editor : Wahyu Subyanto