Inilah Prediksi Harga Bitcoin Tahun 2022, Benarkah Bakal Anjlok?

Kamis, 23 Desember 2021 | 21:22
(Coindesk)

Harga Bitcoin yang kembali anjlok setelah PBoC melarang aktivitas dan transaksi mata uang kripto di China.

Nextren.com - Investasi di mata uang kripto sangat diminati kaum milenial dan gen Z, termasuk di Indonesia.

Aset kripto atau cryptocurrency mencatatkan kinerja yang positif sepanjang tahun 2021.

Ini tereflesikan dari penguatan aset kripto yang mencapai kisaran 70 persen sejak awal tahun ini, dan membuat nilai keseluruhan aset digital itu mencapai 2 triliun dollar AS.

Berbagai sentimen, baik bersifat positif ataupun negatif, mewarnai pergerakan harga aset kripto sepanjang tahun ini.

Baca Juga: WhatsApp Siapkan Fitur Transaksi Uang Kripto Lewat Chat

Meskipun kerap kali merosot secara signifikan, secara keseluruhan tahun harga berbagai jenis kripto mengalami penguatan.

Bahkan harga aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, bitcoin, tercatat beberapa kali memecahkan rekor tertingginya.

Teranyar, pada November kemarin harga bitcoin sempat mencapai level tertingginya di kisaran 69.000 dollar AS per keping.

Pertanyaannya, setelah catatkan kinerja yang cemerlang pada tahun ini, bagaimana prospek aset kripto pada tahun 2022?

Yuk kita simak di halaman berikutnya.

Setelah membukukan kinerja positif selama hampir 2 tahun terakhir, berbagai pakar mewanti-wanti investor terkait potensi tren penurunan pada tahun depan.

Hal ini selaras dengan mulai diperketatnya regulasi aset kripto di berbagai negara serta fluktuasi harga yang sangat tinggi.

Bitcoin misalnya, setelah sempat capai level tertinggi di evel 69.000 dollar AS, kini aset digital itu diperdagangkan di level 50.000 dollar AS per keping, atau telah terkoreksi 30 persen dari capaian tertingginya. Dilansir dari CNBC, Kamis (23/12/2021), Professor of Finance Sussex University Carol Alexander memprediksi, bitcoin masih akan melanjutkan pelemahan sekitar 10.000 dollar AS pada tahun 2022.

Baca Juga: Penjaga Gudang Pensiun Pasca Uang Kripto Shiba Inu Miliknya Naik Dari Rp 114 Juta ke Rp 14,2 Miliar

"Jika saya investor, saya akan mempertimbangkan untuk keluar dari bitcoin secepatnya. Sebab, harga aset digital itu berpotensi anjlok tahun depan," ujar dia, dikutip Kamis.

Lebih lanjut, ia mengingatkan kepada investor terkait potensi terjadinya pengulangan sejarah.

Di mana pada penghujung 2018 harga bitcoin anjlok di level 3.000 dollar AS per keping, padahal beberapa bulan sebelumnya sempat mencapai level 20.000 dollar AS per keping.

Pandangan tersebut sebenarnya sering kali dibantah oleh investor atau pendukung kripto.

Mereka menilai, saat ini aset kripto memiliki fundamental yang lebih baik, sehingga hal tersebut tidak mungkin kembali terjadi.

Chief Equity Strategist Union Bank Todd Lowenstein mengatakan, narasi tersebut tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya penurunan harga signifikan atau biasa disebut dengan bubble aset kripto.

Selain fundamental yang belum cukup kuat, sejumlah sentimen diproyeksi membuat harga kripto berada dalam tren penurunan tahun depan.

Rencana bank sentral AS, The Federal Reserve, yang akan mulai menaikan kembali suku bunga acuannya pada tahun depan diprediksi membuat investor beralih dari kripto.

Baca Juga: Ini Alasan Tiongkok Membasmi Mata Uang Kripto, Terungkap!

Namun, tidak semua pakar yakin, tren penguatan aset kripto berakhir pada tahun depan.

Ini terlihat dari sinyal positif The Fed yang telah diumumkan sejak beberapa waktu terakhir, tetapi harga bitcoin dkk terpantau masih tinggi.

"Sentimen paling besar, seperti tapering The Fed telah ditentukan beberapa waktu lalu, dan harga kripto sudah merespon hal itu," ujar Analis pasar kripto, Yuya Hasegawa.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Minat Investasi Aset Kripto? Simak Dulu Proyeksi Bitcoin dkk pada 2022"Penulis : Rully R. Ramli

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya