Inikah Penyebab Banyak Iklan di HP Xiaomi? Laba Bisnis HP Kecil Banget

Selasa, 02 November 2021 | 22:26
Gizchina

Tangkapan layar dari MIUI 13

Nextrem.com - Xiaomi kini tampil sebagai salah satu vendor smartphone top dunia, bersaing langsung dengan Apple dan Samsung.

Bisnis Xiaomi terus tumbuh pada semester awal 2021 ini, baik dari segi pendapatan maupun pengiriman ponsel.

Bila melihat laporan keuangan untuk kuartal I dan II-2021, bisnis smartphone Xiaomi tumbuh positif.

Misalnya, pada kuartal I-2021, Xiaomi berhasil mengirimkan 49,4 juta unit ponsel ke pasar global.

Dalam periode tersebut, bisnis smartphone Xiaomi mencetak pendapatan 51,5 miliar Yuan (sekitar Rp 113,7 triliun), naik 69,8 persen dari tahun-ke-tahun, dengan persentase laba kotor terhadap penjualan bersih (gross profit margin) sebesar 12,9 persen.

Baca Juga: Aplikasi Baru Gantikan PeduliLindungi Bagi Anak Sekolah Tatap Muka

Meskipun demikian, Head of PR Xiaomi Indonesia Stephanie Sicilia mengklaim bahwa persentase laba bersih terhadap penjualan (nett profit margin) Xiaomi dari bisnis hardware miliknya masih di bawah 5 persen, sesuai janji CEO Lei Jun yang diikrarkan pada 2018.

Menurut Stephanie, berdasarkan laporan keuangan perusahaan tersebut untuk paruh pertama 2021, nett profit margin Xiaomi dari bisnis smartphone belum mencapai 1 persen.

"Terkait perbedaan antara laba kotor dan laba bersih dari bisnis perangkat keras, hal ini umumnya melibatkan pengeluaran untuk penjualan dan promosi, pengeluaran administrasi, pengeluaran untuk riset dan pengembangan (R&D), dan lainnya," ujar Stephanie.

Untung dari iklan

Kalau bukan dari penjualan smartphone, lalu dari mana Xiaomi mendapat untung besar?

Stephanie menerangkan bahwa pendapatan korporasi turut ditopang oleh bisnis-bisnis lain di luar hardware, termasuk penayangan iklan lewat ponsel. "Keuntungan dari Xiaomi Corporation berasal dari pendapatan bisnis perangkat keras dan layanan internet, yang meliputi iklan yang dihadirkan melalui smartphone," kata Stephanie.

Xiaomi memang menayangkan iklan serta layanan terintegrasi di sejumlah aplikasi add-on dan terkadang di dalam antarmuka MIUI (Android) yang menjadi sistem operasinya.

Bisnis iklan Xiaomi ini tumbuh subur.

Baca Juga: WhatsApp Siapkan Fitur Hapus Pesan untuk Semua Orang Tanpa Batas Waktu

Di kuartal-I 2021, pendapatan Xiaomi dari bisnis iklannya mencatat rekor terbesar per kuartal, yakni 3,9 miliar Yuan (sekitar Rp 8,7 triliun). Pertumbuhannya mencapai 46,3 persen secara year-over-year.

Pendapatan iklan tersebut ikut meningkatkan pendapatan bisnis layanan internet Xiaomi, yaitu mencapai 6,6 miliar Yuan (setara Rp 14,7 triliun) dengan gross profit margin 72,4 persen pada kuartal pertama tahun 2021.

Pada kuartal-II 2021, bisnis iklan Xiaomi kembali memecahkan rekor pendapatan tertinggi, sebesar 4,5 miliar Yuan (sekitar Rp 10 triliun), atau meningkat 46,2 persen dari tahun ke tahun.

Rekor pendapatan periklanan kuartal II-2021 kembali mendongkrak pendapatan bisnis internet service Xiaomi, yakni ke angka 15,1 miliar Yuan (setara Rp 33,6 triliun) dengan gross profit margin 74,1 persen pada kuartal kedua tahun 2021.

"Ini terutama didorong oleh kontribusi dari bisnis iklan kami, serta peningkatan gross profit margin dari bisnis fintech dan periklanan," tulis Xiaomi dalam laporan keuangannya.

Bisnis layanan internet Xiaomi pada kuartal-II 2020 mencatat pendapatan 7 miliar yuan (Rp 15,6 triliun) dengan laba kotor 5,2 miliar yuan (Rp 11,6 triliun).

Rasio laba kotor terhadap pendapatannya merupakan yang tertinggi di antara bisnis-bisnis Xiaomi.

Sementara itu, di periode yang sama, bisnis smartphone Xiaomi mencatat pendapatan jauh lebih besar, 59 miliar yuan (Rp 131,6 triliun), tapi dengan laba kotor 6,9 miliar yuan (Rp 15,4 triliun.

Baca Juga: Aplikasi Baru Gantikan PeduliLindungi Bagi Anak Sekolah Tatap Muka

(AndroidAuthority)
(AndroidAuthority)

Contoh iklan yang muncul di bagian lockscreen dan pemutar video di ponsel xiaomi.

Bukan perusahaan ponsel

Meskipun kebanyakan dikenal lewat produk-produk smartphone bikinannya, Xiaomi sebenarnya tak memposisikan diri sebagai pabrikan ponsel, melainkan "perusahaan internet" alias internet company.

Produk pertamanya dulu juga bukan ponsel, melainkan software antarmuka MIUI yang hadir pada Agustus 2010.

Ponsel perdana Xiaomi, Mi 1, baru hadir setahun setelahnya pada Agustus 2011. Sebagaimana dihimpun dari AndroidAuthority, Selasa (2/11/2021).

Bisnis iklan yang antara lain disalurkan lewat MIUI inilah, antara lain, yang memungkinkan Xiaomi untuk menyubsidi dan mengimbangi biaya hardware (ponsel dan perangkat lainnya) sehingga bisa mencapai harga kompetitif di pasaran.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Benarkah Xiaomi Cuma Ambil Untung Tipis dari Penjualan Ponsel?"Penulis : Galuh Putri Riyanto

Tag

Editor : Wahyu Subyanto