Solana Calon Pesaing Bitcoin? Sudah Naik 13.000 Persen Sejak Awal Tahun Ini

Minggu, 12 September 2021 | 19:33
thenational.ae

Perusahaan mining Bitcoin

Nextren.com - Bitcoin adalah mata uang kripto yang paling dikenal di seluruh dunia, dan sering menjadi patokan kenaikan maupun anjloknya nilai sebuah mata uang kripto.

Kini kabar menarik dari uang kripto Solana yang kehadirannya tergolong baru.

Harga mata uang kripto solana (SOL) dalam beberapa waktu terakhir menarik minat para investor aset kripto.

Pasalnya, harga saham mata uang kripto tersebut terus mengalami kenaikan ketika tren pasar sedang koreksi.

Baca Juga: Wow! Gaji Messi di PSG Ada yang Dibayar Pakai Mata Uang Kripto

Harga solana sempat menyentuh rekor tertinggi pada 9 September 2021 lalu, yakni menjadi di kisaran 214,96 dollar AS per keping.

Angka tersebut setara dengan sekitar Rp 3,05 juta.

Bila dibandingkan dengan 1 Januari 2021 lalu, rekor harga solana tersebut telah menguat hingga lebih dari 13.200 persen.

Pada awal tahun lalu, solana diperdagangkan di kisaran 1,61 dollar AS per keping.

Adapun hari ini Minggu (12/9/2021), harga solana tengah mengalami koreksi, menjadi di kisaran 178,79 dollar AS per keping.

Meski demikian, harga solana masih menguat lebih dari 11.000 persen bila dibandingkan dengan harga awal tahun.

Dilansir dari Forbes, salah satu penyebab harga solana meroket adalah proyek blockchain yang menjadi pusat dari aset kripto tersebut terus berlanjut dan hasilnya kian terlihat.

Proyek blockchain solana diklaim merupakan blockchain tercepat di dunia.

Berdasarkan dokumen solana dijelaskan, jaringan tersebut secara teoritis mampu memproses 710.000 transaksi per detik dengan 1 gigabit per detik koneksi jaringan.

Baca Juga: Negara Ini Segera Jadi yang Pertama Jadikan Bitcoin Mata Uang Legal

Sebenarnya apa itu solana?

Dilansir dari Coinmarketcap, solana adalah sebuah proyek open source yang sangat fungsional yang menggunakan teknologi blockchain untuk menyediakan solusi keuangan terdesentralisasi (DeFi).

Solana dibentuk oleh Anatoly Yakovenko yang saat ini juga CEO Solana, serta rekannya, Greg Fitzgerald.

Keduanya sebelumnya berkarir di Qualcomm, perusaan produsen perangkan lunak, semikonduktor, serta jasa yang berkaitan dengan teknologi wireless.

Kala berkarir di Qualcomm, Yakovenko mengalami kemajuan karir yang pesat dan menjadi Staff Engineer Manager pada tahun 2015.

Kemudian ia pindah dan memasuki posisi baru sebagai Software Engineer di Dropbox.

Ide pengerjaan proyek ini dimulai pada tahun 2017 lalu.

Namun demikian, peluncuran solana secara resmi dilakukan pada tahun 2020 oleh Solana Foundation yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss. Protokol Solana dirancang untuk memfasilitasi pembuatan aplikasi terdesentralisasi (DApp).

Ini bertujuan untuk meningkatkan skalabilitas dengan memperkenalkan konsensus proof-of-history (PoH) yang dikombinasikan dengan konsensus proof-of-stake (PoS) yang mendasari blockchain.

Baca Juga: Inilah Sejarah Dogecoin yang Kerap Dipromosikan Elon Musk di Twitter

Karena model konsensus hibrida yang inovatif, solana mendapatkan keuntungan dari dari trader-trader bermodal kecil serta trader institusional institusional.

Fokus penting dari Solana Foundation adalah membuat keuangan terdesentralisasi dapat diakses dalam skala yang lebih besar.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Melesat 13.000 Persen Sejak Awal Tahun, Apa Itu Solana?"Penulis : Mutia Fauzia

Tag

Editor : Wahyu Subyanto