Data Saudi Aramco Disandera Hacker, Minta Tebusan Rp 700 Miliar

Sabtu, 24 Juli 2021 | 21:27
(AP PHOTO / GERALD HERBERT)

Ilustrasi kilang minyak

Nextren.com - Masalah keamanan data terus mendapat serangan berbahaya dari para hacker.

Pengelola IT perusahaan selalu berkejaran dengan hacker dalam mengamankan data perusahaan.

Kini muncul kabar baru pembobolan perusahaan kaya oleh hacker yang meminta tebusan ratusa miliar.

Saudi Aramco, perusahaan minyak terkaya di dunia saat ini, mengonfirmasi bahwa sejumlah file perusahaan mereka dikuasai oleh hacker, dan meminta tebusan 50 juta dollar AS (sekitar Rp 724 miliar).

Baca Juga: 700 Juta Data Linkedin Berhasil Dijual Hacker, Ada Punya Indonesia?

Menurut keterangan resmi dari Saudi Aramco, data yang bocor tersebut adalah data yang dimiliki oleh perusahaan kontraktor Aramco, alias pihak ketiga.

"Kami memastikan bahwa kebocoran data itu bukan karena pembobolan di sistem kami, dan tidak berimbas pada operasional, perusahaan terus mempertahankan postur keamanan siber yang kuat," tulis pernyataan Aramco, dikutip dari Financial Times, Kamis (22/7/2021).

Menurut laporan, jumlah data yang bocor yang diambil dari kontraktor Aramco mencapai 1 TB, mencakup data tentang lokasi-lokasi penambangan minyak, gaji karyawan, hingga data sensitif milik klien dan karyawan Saudi Aramco.

Yuk lanjut ke halaman berikutnya untuk mengetahui seberapa besarnya data dan jaminan yang diminta hacker.

Hacker pemeras mengumbar di situs darknet bahwa mereka telah menguasai data tersebut dan meminta tebusan 50 juta dollar AS dalam bentuk mata uang kripto Monero, jika Aramco ingin data tersebut dihapus.

Dengan membayar dalam bentuk mata uang kripto, peretas nampaknya berharap pihak berwenang akan kesulitan untuk melacaknya.

Selain itu, di situs tersebut peretas juga menawarkan jika ada yang berminat membeli data milik Saudi Aramco, bisa menebusnya dengan harga 5 juta dollar AS (sekitar Rp 72 miliar).

Perusahaan energi memang kerap menjadi sasaran serangan siber. Sebelumnya, Colonial Pipeline, perusahaan sistem pipa minyak berbasis di Houston, Texas, AS, pada Mei 2021 lalu juga menjadi korban peretasan dan pemerasan.

Baca Juga: EA Akui Ada Data Penting Game FIFA 21 dan FrostBite Dicuri Hacker

Lebih dari 100 GB data informasi milik perusahaan dikuasai oleh peretas, sehingga membuat perusahaan itu menghentikan jaringan distribusi minyaknya di AS, sehingga pasokan minyak berkurang di kawasan timur Amerika Serikat.

CEO Colonial Pipeline dikabarkan membayar tebusan 4,4 juta dollar AS (sekitar Rp 63 miliar) kepada kelompok peretas Rusia, DarkSide.

Perusahaan di Timur Tengah juga menjadi semacam magnet bagi peretas, menurut laporan dari PricewaterhouseCoopers LLP.

Tidak jelas siapa yang berada di balik insiden Aramco ini.

Namun para peneliti siber mencatat bahwa serangan itu bukan bagian dari ransomware, di mana peretas menggunakan malware untuk merebut data pengguna, dan hanya melepaskannya setelah uang tebusan dibayarkan.

Peretas juga dikabarkan tidak mengklaim sebagai bagian dari kelompok peretas ransomware yang dikenal.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hacker Sandera Data Saudi Aramco, Minta Tebusan Rp 700 Miliar "Penulis : Reska K. Nistanto

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya