Nextren.com - Akhir-akhir ini, transaksi saham di bursa Indonesia cenderung kurang bergairah.
Indeks saham yang terus melorot turun, menunjukkan lesunya perdagangan saham sebulan terakhir.
Tak heran jika muncul anggapan bahwa turunnya transaksi saham di bursa saham Indonesia, dipengaruhi oleh melonjaknya harga uang kripto seperti Bitcoin dkk.
Seperti kita ketahui, harga Bitcoin terus menembus rekor, dan hari ini harga Bitcoin menembus angka Rp 936 juta per unitnya.
Baca Juga: Potensi Aset Kripto Makin Diminati Untuk Cari Uang, Ada yang Cuan 500%
Sebenarnya, kenaikan transaksi bitcoin terjadi karena tren global dimana hampir seluruh dunia sedang hype dengan investasi Bitcoin.
Fenomena ini juga terjadi di Indonesia. Sekalipun di Indonesia volume transaksi bitcoin tidak naik terlalu besar, karena faktor masyarakat yang belum terlalu teredukasi seputar Bitcoin.
CEO Indodax Oscar Darmawan sendiri dalam keterangannya kepada Nextren (14/2) menyebutkan, kehadiran Bitcoin sejatinya sama dengan kehadiran teknologi blockchain.
Adapun Blockchain dan Bitcoin hadir bukan untuk menggantikan ekosistem yang ada selama ini. Lalu apaperan darikehadiran uang kripto seperti Bitcoin dan lainnya itu? Yuk lanjut ke halaman berikutnya.
Tetapi teknologi ini hadir untuk melengkapi ekosistem yang sudah ada.
"Jadi, kenaikan transaksi Bitcoin memang terjadi di seluruh dunia dan hampir setiap negara."
"Bitcoin seperti kripto sendiri hadir untuk melengkapi ekosistem yang sudah ada dan bukan untuk menggantikan." kata Oscar Darmawan.
Oscar membantah rumor seputar transaksi saham turun, karena naiknya transaksi kripto.
Menurutnya, hal itu tidak benar karena volume dan transaksi kripto memang sedang naik di seluruh dunia.
Baca Juga: Ethereum Tembus Harga Tertinggi Rp 30 Juta, Uang Kripto Pesaing Berat Bitcoin
Ini terjadi karena harga kripto seperti Bitcoin yang menguat.
Di sisi lain, tipe trader kripto sendiri berbeda dengan trader saham.
"Trader kripto lebih high risk and high gain. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal fenomena ini," sebutnya.
Transaksi Bitcoin di Indonesia sendiri sebenarnya tergolong kecil, yaitu hanya 1% dari transaksi volume global.
Menurutnya, kenaikan volumenya tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun 2017 lalu.
Tetapi sisi positif saat ini di Indonesia, Bitcoin sudah ditetapkan sebagai komoditas dan dilindungi kepemilikannya oleh hukum.
Hal-hal mengenai Bitcoin dan aset kripto sudah diatur oleh Kementerian Perdagangan dan Badan Pengawas Perdagangan Bursa Berjangka dan Komoditi (BAPPEBTI).
Indonesia sendiri saat ini berusaha menjadi salah satu tempat transaksi Bitcoin yang dikenal di masyarakat global dan diharapkan ikut meningkatkan devisa ke Indonesia.
Indonesia sedang berusaha mengejar ketinggalan dan sejajar dengan negara-negara maju lainnya di bidang kripto maupun blockchain.
Baca Juga: Aset Kripto Menjadi Tren Investasi Untuk Cuan, Ini Prediksi Tokocrypto
Selain itu, Indonesia tidak akan menggunakan cryptocurrency sebagai alat pembayaran.
Ditambah lagi dengan adanya pernyataan bahwa pemerintah akan membuat uang digital atau melakukan digitalisasi Rupiah.
Menurut Oscar Darmawan hadirnya Bitcoin dan kripto lain juga untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Tujuan ini juga sama dengan hadirnya komoditas lain.
"Bitcoin, kripto dan produk dari teknologi blockchain lainnya juga hadir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Teknologi finansial itu juga lahir untuk meningkatkan literasi keuangan digital di Indonesia," sambungnya.
Di sisi lain, Oscar Darmawan menyatakan, setiap bentuk komoditas memiliki fungsi atau utilitas dan fundamental yang berbeda-beda.
Sehingga, setiap aset memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing.
Seperti Bitcoin yang merupakan aset digital yang tidak memiliki bentuk fisik. Tentunya, memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan aset lain.
Dia juga menjelaskan salah satu karakter dari kripto yaitu fluktuasi yang cukup tinggi.
Ini terjadi karena transaksi yang terjadi selama 24 jam dengan market yang terhubung di seluruh dunia.
Kapitalisasi bitcoin sendiri masih relatif lebih kecil dibandingkan market komoditas lain, yaitu hanya sebesar USD2 triliun.
kriptoBaca Juga: 3 Pejabat Korea Utara Dituduh AS Curi Uang Kripto Termasuk Dari Indonesia
Namun, Oscar Darmawan menyatakan bahwa harga kripto, seperti Bitcoin tidak bersifat manipulatif. Bahkan orderbooknya diklaim transparan di seluruh dunia.
Karena Bitcoin itu mengadopsi teknologi blockchain yang bersifat transparan dan aman.
"Harga Bitcoin di seluruh dunia itu hampir sama. Karena marketnya itu seluruh dunia. Transaksinya juga tercatat dan transparan," sebutnya.
Terakhir dia mengatakan bahwa yang terpenting adalah investor harus mampu mengenali dimana mereka mengamankan uang atau asetnya.
Baca Juga: Milenial Berburu Bitcoin Selama Pandemi, Investor Generasi Tua Masih Memilih Emas
Investor juga perlu melihat portofolio aset, keuntungan beserta risiko. Setiap investor tentunya harus mampu mengukur dan memperhitungkannya dengan baik.
Dia juga mengatakan, investor perlu melihat legalitas suatu aset dan pialang atau exchange, sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
"Jadi, investor harus mengenal dan memahami karakteristik suatu komoditas. Apakah suatu investasi tersebut sesuai dengan karakteristik si investornya?"
"Tentu itu tergantung oleh investor. Karena setiap investor juga memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengelola asetnya," katanya.