Nextren.com - Kehadiran YouTube sudah dapat dikatakan sebagai platform yang menggantikan peran televisi untuk orang-orang mencari informasi.
Kendati demikian, penyebaran video di YouTube yang masif pun jelas membuat arusnya menjadi kurang bisa terkendali.
Alhasil banyak informasi yang mungkin saja tidak benar atau menyesatkan dan justru membuat para penontonnya mendapatkan pemahaman yang berbeda.
Menyoal hal tersebut, CEO YouTube, Susan Wojcicki pun baru saja memberikan pernyataan terkait pengendalian video misinformasi di platformnya.
Baca Juga: Facebook, YouTube, dan Twitter Terancam diblokir Rusia
Ia mengatakan bahwa YouTube telah menghapus lebih dari 500.000 video misinformasi tentang COVID-19, dikutip dari CNet.
Total video yang mencapai angka setengah juta itu merupakan kumpulan video yang dihapus oleh YouTube sejak Februari tahun lalu.
Lebih lanjut, YouTube pun saat ini telah memilki kebijakan baru yang secara khusus melarang informasi yang salah tentang vaksinasi COVID-19 dan berjanji akan menghapus video yang bertentangan dengan konsesus ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Merupakan prioritas untuk terus memperbarui pendekatan kami terhadap tanggung jawab sehingga orang menemukan informasi berkualitas tinggi ketika mereka datang ke platform kami," tulis Wojcicki pada surat resmi YouTube, Selasa (26/1).
Ia juga menyebutkan kalau pihak YouTube akan berusaha untuk bisa mencapai keseimbangan yang tepat antara keterbukaan dan tanggung jawab informasi di platformnya.
Baca Juga: Cara Download Video di YouTube, Bisa Nonton Tanpa Kuota Internet
Sebab, pihak YouTube mengklaim bahwa perusahaannya itu telah memenuhi pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah di seluruh dunia.
Efek Pandemi di YouTube
Meski pihak YouTube mengaku telah melakukan stabilisasi pada penyebaran konten terkait COVID-19 di platformnya.
Baca Juga: YouTube Akan Hadirkan Fitur Baru, Bisa Bagikan Video Offline
Wojcicki selaku petinggi YouTube pun mengaku kalau pandemi memiliki efek yang cukup kentara di perusahaannya.
Ia mengatakan kalau durasi waktu menonton di YouTube telah meningkat sebanyak 25 persen secara global pada kuartal pertama Q1 tahun 2020.
Lebih dari setengah juga channel YouTube juga mencoba untuk melakukan live streaming untuk pertama kalinya.
"Pandemi telah mempercepat kehidupan digital kami," ungkap Wojcicki, dikutip dari CNet.
Selama pandemi ini juga banyak orang yang menjadikan YouTube sebagai platform untuk menghasilkan uang berkat adanya iklan berbayar di platform.
Baca Juga: YouTube Hapus Konten Video di Channel Trump, Larang Video Baru Masuk
Kanal-kanal dari konten kreator baru YouTube pun dikatakan telah berlipat ganda dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Alhasil pihak YouTube mengaku telah membayar lebih dari 30 miliar USD untuk para konten kreator di platformnya selama tiga tahun terakhir.
(*)