Sengitnya Persaingan Memonetisasi Konten di Platform OTT Indonesia

Rabu, 16 Desember 2020 | 20:54
allthatsinteresting.com

Ilustrasi media online

Nextren.com – Di Indonesia, persaingan antara berbagai perusahaan media untuk memonetisasi konten di industri yang sangat kompetitif makin sengit.

Hal itu diungkap dalamlaporan baru Akamai, sebuah perusahaan cloud yang melayani distribusi konten digital, yang berjudul ‘Indonesia: The Challenge of Monetizing in a Fast-Growing Market’.

Akamai sendiri membantu menghadirkan pengalaman OTT dan video bagi sejumlah perusahaan media dan hiburan terbesar di dunia, termasuk Telin, MediaCorp, MNC Media, Foxtel, Kayo Sports, dan vidio.com.

Untuk membuat laporan itu, Akamai mewawancar para pemimpin media senior di Indonesia selama periode tiga bulan, sepanjang Maret 2020 - awal merebaknya COVID-19 - hingga Mei, saat virus ini secara resmi dinyatakan sebagai pandemi.

Baca Juga: Begini Cara Mudah Hilangkan Identitas Kamu di Pencarian Internet

Menurut laporan tersebut, pandemi ini telah menyebabkan lonjakan dalam aktivitas dan lalu lintas online, seiring makin banyaknya penduduk Indonesia yang beralih ke online untuk bekerja, belanja, dan belajar.

Berdasarkan data lalu lintas internet Akamai, lalu lintas internet Indonesia mengalami pertumbuhan per tahun sebesar 73% pada kuartal pertama 2020, dan melambung ke angka 139% pada kuartal kedua.

Faktanya, pertumbuhan lalu lintas online melaju makin kencang pada kuartal kedua dengan kenaikan per kuartal sebesar 46% pada 2020 jika dibandingkan dengan peningkatan per kuartal sebesar 5% pada 2019.

Pertumbuhan yang baru pertama kali terjadi dan meningkatnya permintaan dari dalam negeri akan layanan konten dan internet selama periode ini, telah menarik minat banyak pemain media baru, menciptakan lingkungan yang sangat kompetitif dengan pelanggan yang dimanjakan oleh begitu banyaknya pilihan.

Meski para pemimpin media seniormemang mengharapkan terjadinya koreksi pasar, mereka tidak menduga akan melihatnya secepat ini.

Sekitar 70% responden itu menyebut monetisasi sebagai prioritas bisnis utama saat mereka berinvestasi pada infrastruktur, untuk menciptakan dan mendistribusikan konten kepada audiensi lokal.

Matthew Lynn, Regional Sales Director South Asia di Akamai mengatakan, “Pandemi telah meningkatkan permintaan akan layanan konten dan internet yang tidak pernah diduga sebelumnya oleh perusahaan mana pun.

Di Indonesia, industri OTT yang sedang berkembang sangatlah kompetitif.

Baca Juga: Media China Sebut Trump Sedang Mempersiapkan 'Kegilaan Terakhir' untuk Beijing

Untuk memonetisasi bisnis mereka, banyak perusahaan media perlu meningkatkan skala layanan dan memperluas penawaran mereka.

Tujuannya untuk memenuhi beragam permintaan pelanggan yang telah mengubah perilaku online-nya menyusul dampak pandemi.”

Dengan persaingan untuk memonetisasi dan mendapatkan perhatian pelanggan, 70% dari responden memprediksi munculnya gerakan menuju model langganan video-on-demand (video berdasarkan permintaan) sebagai opsi monetisasi yang lebih berkelanjutan.

Walau demikian, beberapa responden memilih pendekatan hibrida, yaitu menawarkan konten gratis dengan kualitas video atau pengalaman pengguna secara terbatas,sekaligusmemonetisasi dengan iklan.

Tujuannya agar layanan mereka lebih mudah diakses dan dimonetisasi dengan iklan, saat pelanggan masih membiasakan diri dengan gagasan membayar untuk langganan konten.

Cara untuk mencapai skala dan melakukan penetrasi pasar adalah memiliki pustaka konten super lengkap dan kolaborasi yang lebih hebat dalam ekosistem media.

Namun, keamanan siber tetap menjadi masalah universal di seluruh industri.

Semua responden yang diwawancarai menyebutkan peretasan, pencurian identitas, atau pelanggaran data sebagai kekhawatiran utama.

Baca Juga: Cara Mudah Share Spotify Wrapped 2020 ke Media Sosial, Bisa Buat Pamer Nih!

Tahun 2020 ini, situs web video mengalami peningkatan serangan 208%, sedangkan layanan video mengalami peningkatan serangan 63%.

Penyedia siaran televisi mengalami peningkatan serangan 630%, seiring ledakan media on-demand (konten sesuai permintaan) dalam ruang siaran.

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya