Laporan wartawan Nextren, Fahmi Bagas
Nextren.com - Ekonomi Indonesia sedang berada di fase kurang baik akibat adanya pandemi.
Kendati demikian, pemerintah sedang berupaya untuk membangun berbagai macam strategi yang bisa dilakukan dengan penyesuaian kondisi yang ada.
Misalnya saja pengembangan startup-startup untuk membangun sektor UMKM yang lebih kuat.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui program BAPAREKRAF pun mencoba untuk memberikan bantuan bagi para startup.
Pasalnya, sektor pariwisata dianggap sebagai salah satu segmen bisnis yang terdampak akibat adanya pandemi.
Menurut keterangan Hari Sungkari, selaku Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, pihak Kemenparekraf telah memberikan bantuan bagi para startup sebesar Rp 100 juta.
"Kami memberikan hibah untuk startup sebesar 100 juta Rupiah," tutur Hari pada acara peresmian Virtual Hackathon 2020, Kamis (1/10).
Baca Juga: Traveloka dan Pemerintah Jawa Barat Jalin Kerja Sama Dinas Digital
Dalam acara tersebut turut hadir perwakilan startup yang bergerak di bidang pariwisata Traveloka.
VP of Data Traveloka, Doan Siscus hadir untuk memberikan pandangannya terkait kondisi pariwisata yang ada di Indonesia saat ini.
Doan mengatakan bahwa di kondisi seperti sekarang, sejumlah pemilik startup harus melakukan sebuah gebrakan pada perusahaannya.
Baca Juga: Traveloka Buat Skema Baru Bagi Layanannya Dengan Program CleanPartners
"Pelaku kreatif bagi saya ini adalah kesempatan untuk tetap bisa berjalan dengan proyek-proyek yang mengesankan," ucapnya.
Ia pun memberikan 3 kiat-kiat bagi pelaku usaha pariwisata agar mampu bertahan di tengah terpaan pandemi yang tidak menentu.
1. Evolusi
Evolusi dinilai Doan sebagai sesuatu yang harus dilakukan oleh pemilik startup.
Baca Juga: Penting! Liburan ke Bali Saat Pandemi Wajib Isi Aplikasi LOVEBALI, Ini Caranya
Pasalnya keadaan seperti sekarang tidak bisa membuat perusahaan untuk bertahan dengan skema bisnis yang ada sebelumnya.
Meski dalam waktu singkat, perusahaan harus bergerak cepat.
Sebagai contoh ia menyebutkan untuk mengembangkan fitur baru yang bisa membantu pengguna beraktivitas dengan aturan kesehatan yang saat ini ada.
2. Kebutuhan Pengguna
Sebagai perusahaan, Doan menyebutkan kalau dalam kondisi ini harus lebih banyak berkaca pada kebutuhan pengguna layanan.
Dengan begitu, perusahaan pun bisa memiliki inovasi-inovasi baru untuk dijalankan.
Baca Juga: Mau Tahu Habis Kuota Berapa Saat Jalan-jalan Virtual? Tri Butuh 30MB
"Inovasi itu datangnya dari orang-orang (pengguna)," ungkap Doan.
Ia menambahkan, "Inklusivitas dengan pengguna itu penting karena dapat memperluas jaringan orang-orang yang bisa merasakan service dari layanan kita."
3. Kemampuan Pembangunan Ekosistem
Poin terakhir ini masih berkesinambungan dengan poin-poin sebelumnya.
Baca Juga: Cara Menjaga Bisnis Startup di Masa Pandemi, Mending Tutup Saja?
Di mana pada kiat terakhir ini terjadi pada tahap implementasi.
Pemilihan fitur untuk perkembangan aplikasi yang tepat, tentunya akan bisa beriringan dengan naiknya keuntungan bagi perusahaan.
Dalam hal ini, Doan menyarankan untuk terus melakukan eksplorasi agar bisa mendorong perusahaan bergerak maju dan lebih memahami konsumen.
Baca Juga: Nasib Startup Indonesia di Tengah Pandemi, Optimisme Membuat Mampu Bertahan
"Bagi saya kombinasi ketiga itu adalah kombinasi yang kita lalui sebagai Traveloka," tuturnya.
"Setiap kali ada krisis seperti saat ini, kalau kita bertahan dan kalau kita bisa re-down, we'll become stronger," pungkasnya.
(*)