Nextren.com - Perseteruan antara India dan China terus bergulir hingga memasuki kuartal ketiga (Q3) tahun 2020.
Di awal Juli pemerintah India telah memblokir sekitar 59 aplikasi asal Tiongkok dari negaranya, termasuk TikTok.
Lalu beberapa bulan setelahnya juga ditambah sebanyak 47 aplikasi yang dilarang.
Namun nampaknya jumlah tersebut masih belum cukup membuat India menekan keberadaan perusahaan Tiongkok di negaranya.
Dilansir dari 91Mobiles, kali ini Pemerintah India melarang 118 aplikasi China terbaru yang di dalamnya termasuk PUBG Mobile dan PUBG Mobile Lite.
"Aplikasi ini mengumpulkan dan membagikan data secara diam-diam dan membahayakan data pribadi dan informasi pengguna," ungkap Kementerian Teknologi India, dikutip dari Reuters.
"Hal tersebut bisa menimbulkan ancaman serius bagi keamanan negara," lanjutnya.
Baca Juga: Kisah Anak 16 Tahun Meninggal Setelah Main PUBG Mobile Beberapa Hari Non Stop
Tencent sebagai perusahaan pengembang game PUBG Mobile pun sejauh ini masih belum memberikan komentar terkait tindakan Pemerintah India pada gamenya tersebut.
Masih Bisa Dimainkan Menggunakan VPN
Kendati laporan Pemerintah India mengatakan telah memblokir PUBG Mobile dari wilayahnya.
Namun 91Mobiles justru menemukan sebuah kabar yang sedikit menenangkan para penggemar game bergenre battle ground tersebut.
Baca Juga: Harus Coba! Inilah Deretan Game Battle Royale yang Rilis Tahun 2020
Dilaporkan kalau sejauh ini game PUBG Mobile masih bisa dimainkan dengan menggunakan VPN.
Namun kondisi ini kemungkinan besar hanya sementara saja.
Sebab Pemeritah India diprediksikan bakal memberlakukan sebuah sistem pada permainan tersebut sehingga benar-benar tidak bisa diakses seperti TikTok.
Baca Juga: Dianggap Ancam Keamanan Negara, India Blokir Game PUBG Mobile
Artinya, PUBG Mobile nantinya tidak akan berfungsi bahkan saat menggunakan VPN yang berbayar, dikutip dari 91Mobiles.
Selain itu penggunaan VPN saat memainkan PUBG Mobile pun bisa menimbulkan masalah baru bagi pemainnya.
Pasalnya kalau PUBG Mobile mendeteksi penggunaan aplikasi pihak ketiga, maka hal tersebut bisa memicu deteksi peretasan yang bisa membuat pemain tersebut dilarang bermain selama 10 tahun.
(*)