Tantangan Belajar di Masa New Normal, Pentingnya Platform Belajar Mengajar yang Lengkap

Kamis, 25 Juni 2020 | 15:40
piqsels.com

Belajar di rumah sangat mendukung pembatasan sosial (social distancing) untuk memutus penyebaran virus corona.

Nextren.com - Dunia pendidikan Indonesia menghadapi tantangan besar akibat pandemi COvid-19 sejak lebih dari tiga bulan yang lalu.

Situasi penularan virus Covid-19 yang sangat cepat, membuat mau tak mau semua pihak harus lebih banyak berdiam diri di rumah.

Sebisa mungkin bekerja, belajar dan beribadah dilakukan di rumah masing-masing.

Bagi siswa yang masih memerlukan bimbingan dari guru, hal ini tentu merepotkan, termasuk membuat pusing orang tua.

Baca Juga: Ajak Boikot Huawei, AS Tawarkan Dana ke Berbagai Negara Untuk Ganti 5G Huawei

Saat ini dunia pendidikan dihadapkan pada tahun ajaran baru, ditengah masa pandemi COVID-19 yang belum juga berlalu.

Semua kegiatan belajar-mengajar tata muka dihentikan, dan digantikan dengan metode online.

Ya, pendidikan para siswa memang tidak boleh berhenti.

Namun di sisi lain, keselamatan stake holder pendidikan harus tetap diutamakan.

Untuk itu, semua pihak perlu duduk berdampingan mencari solusi terbaik, meski tidak dalam satu ruangan.

Baca Juga: 5 Drama Korea Ini Ajarkan Persahabatan, Cinta, Penyakit Mental Hingga Bullying

Untuk merumuskan solusi pendidikan ideal di era new normal dan mengajak semua elemen terkait untuk berkontribusi dalam memberikan solusi, maka hari ini (25/6) dibahas dalam "Online Talkshow Sistem Pendidikan Ideal di Masa New Normal".

Sejumlah pihak penting di bidang pendidikan hadir dalam diskusi tersebut, seperti Fernando Uffie, Pendiri Aplikasi Kelas Pintar, lalu ada Kanya Muawanah, Kepala Sekolah SMPI AL Azhar 8 Kemang Pratama, Dinas Pendidikan DKI Momon Sulaeman, serta Febriati Nadira selaku Perwakilan Orang Tua Murid.

Mengawali kondisi di lapangan, ibu Kanya Muawanah, Kepala Sekolah SMOI Al Azhar 8 menyatakan bahwa saat ini kondisi sekolah sudah lebih siap, dibandingkan di masa awal pandemi Covid-19 ini terjadi pada awal Maret lalu.

way
way

Kanya Muawanah, Kepala Sekolah SMOI Al Azhar 8

Karena pandemi seperti ini masih hal baru bagi semuanya, mereka secara otodidak mencari cara sendiri bagaimana agar proses belajar mengajar secara online ini bisa berjalan lancar.

Baca Juga: Larisnya Sepeda Brompton di Indonesia Seharga Rp 50 Juta, Ini Loh Penyebabnya

Apalagi kemampuan komputer dan multimedia staf pengajar juga tidak merata, karena selama ini tidak mengira akan menghadapi hal seperti ini.

Menurut ibu Kanya, dalam kondisi pandemi seperti ini, tentu saja target pengajaran tidak bisa sesempurna dengan cara tatap muka.

Meski secara online, sekolah harus tetap bisa mengadakan ulangan harian, ujian tengah semester.

Selama di rumah, siswa juga tetap mengerjakan soal-soal dan dipantau oleh pihak sekolah.

Pihak sekolah juga menyadari bahwa siswa tidak bisa dipaksakan harus menatap layar laptop atau hape terus menerus.

Misalnya untuk pelajaran matematika, jika perlu total 6 jam pelajaran seminggu, maka metode belajar secara online dibatasi 2 jam saja, dan sisanya diupayakan dalam bentuk lain, meski siswa tetap berada di rumah

Baca Juga: 4 Cara Mudah Memastikan Hape yang Kamu Beli Sudah Tervalidasi IMEI

Siswa Masuk Sekolah Bergantian

Pembicara yang lain dari pemerintah, yaitu dari Dinas Pendidikan (Disdik) Pemda DKI, Momon Sulaeman, menguraikan beragam masalah yang dihadapi selama pandemi ini.

Meski DKI adalah kota besar, ternyata kondisi orang tua juga sangat beragam.

Ada orang tua murid yang punya akses internet dan perangkatnya, ada yang harus berjuang untuk mendapatkan akses internet.

Bahkan banyak pula orang tua murid yang tidak punya smartphone atau laptop, atau punya tapi dibawa orang tuanya untuk bekerja.

Ada ratusan siswa DKI yang tidak memiliki smartphone, bahkan untuk siswa SD jumlahnya mencapai ribuan yang tidak memilikinya.

Baca Juga: Ada Ekstra 50% Diamond Free Fire di 3, Agar Tampil Gaya Saat Push Rank

way
way

Momon Sulaeman dari Dinas Pendidikan (Disdik) Pemda DKI

Untuk siswa yang tak memiliki perangkat internet seperti itu, materi pelajaran dibuat tim Disdik, lalu dikirim lewat Gojek atau diambil siswa ke sekolah. Menurut Momon, ada tim Home Learning Disdisk DKI yang setiap hari membuat konten digital yang disebar ke para guru.

Konten pelajaran ini bisa dimodifikasi guru sesuai dengan kondisi di lapangan.

Menyoal rencana pembukaan sekolah pada 13 Juli 2020 nanti, Disdik sudah membuat skenario shift untuk para siswa.

Para siswa kemungkinan akan masuk sekolah secara bergantian atau sistem shift.

Baca Juga: Cara Memperbaiki Koneksi Internet by.U yang Sering Gangguan

Jadi misalnya dalam satu kelas ada 32 siswa, maka setengahnya masuk hari Senin, lalu Selasa lebur, dan Rabu masuk lagi. Demikian pula separuh siswa lainnya.

Sementara untuk siswa SD kelas 1 dan 2, rencananya sekolah baru akan dimulai akhir tahun 2020 ini.

Sedangkan untuk PAUD atau TK, mereka akan mulai masuk paling akhir, yaitu tahun depan.

Sistem masuk sekolah secara shift ini dibuat atas diskusi dan saran dari Dinas Kesehatan.

Nantinya akan ada assesment kondisi orang tua dan siswa, tentang kesiapan masuk sekolah ini.

Baca Juga: Indonesia Berpeluang Hadirkan 5G Tahun Depan, Tapi Ini Hambatannya

Namun, meski sudah dibuatkan sistem masuk sekolah secara bergantian, orang tua murid tidak wajib untuk mengirim anaknya ke sekolah.

Meski sekolah dan guru sudah siap untuk mengadakan belajar tatap muka, murid tetap bisa belajar di rumah, dengan bahan pelajaran bisa dikirim ke rumah siswa.

Sementara untuk siswa SMK, Disdik DKI kini sedang menyiapkan laboratorium virtual belajar praktek secara virtual, meski tak sesempurna praktek tatap muka.

Momon juga mengingatkan bahwa dalam situasi pandmei seperti ini, maka semua pihak harus mengingat begitu pentingnya peran guru dalam pendidikan anak.

Baca Juga: HP ProBook X360 435 G7 Resmi Rilis di Indonesia Untuk Pebisnis UMKM

Platform Belajar Online

Di sisi lain, ternyata sudah ada aplikasi yang berusaha membuat agar suasana dan sistem pendidikan tatap muka, bisa dilakukan secara online.

Adalah Fernando Uffie, pendiri aplikasi Kelas Pintar, yang memaparkan tentang pentingnya platform belajar ini.

Perlu diketahui, saat ini sesuai kurikulum, siswa SD harus belajar sebanyak 78 bab, SMP sebanyak 176 bab, dan SMA 358 Bab pelajaran.

Menurut Uffie, tantangannya adalah bagaimana dalam rentang waktu yg sudah ditentukan, yaitu 1 tahun ajaran, semua materi dan kompleksitas materi itu bisa disampaikan ke siswa dengan baik.

way
way

Fernando Uffie, pendiri Kelas Pintar

Baca Juga: Beragam Macam Cara Screenshoot di Oppo A92, Praktis dan Gampang!

Sehingga tujuan pembelajaran yang dirancang tetap bisa tercapai, meski dalam kondisi pandemi seperti ini.

Maka diperlukan sebuah platform atau teknologi, yang bisa mengintegrasikan masing-masing pelaku baik murid, siswa, guru dalam suatu fungsi monitoring yang bisa dilakukan oleh semua stakeholder yaitu orang tua maupun pemerintah sebagai regulator.

Apalagi dalam pola belajar baru di tengah pandemi ini ada tahapan Adaptasi, Evaluasi, dan Improvisasi.

Menurut Uffie, tantangan dan keterpaksaan yang kita hadapi saat ini malah baik untuk perkembangan pendidikan berikutnya, karena teknologilah yang akan berperan dalam setiap industri.

Baca Juga: Situs Resmi DPR Sempat Offline, Anonymous Klaim Jadi Dalang Dibaliknya

Jadi dalam kondisi seperti ini, kita tak punya pilihan lain bahwa pembelajaran online ini harus dilakukan.

Ada kekhawatiran bahwa bisakah sistem belajar jarak jauh seperti ini bisa mewakili kegiatan belajar mengajar di sekolah?

Ternyata hal itu diantisipasi lewat fitur di aplikasi kelas Pintar bernama fitur SEKOLAH, yang memberikan kemampuan interaksi antara guru dan siswa bisa terus berjalan. Lewat fitur Sekolah ini, guru bisa melihat aktifitas siswanya, guru bisa memakai whiteboard pada konten buatan guru sendiri atau konten dari aplikasi Kelas Pintar. Sementara orang tua juga bisa melihat perkembangan belajar hari demi hari, sehingga platform ini diklaim bisa mewakili semua aktifitas sekolah lewat pembelajaran jarak jauh.

Karena itu dalam jangka panjang, pendidikan jarak jauh ini adalah hal yang dibutuhkan, tanpa mengabaikan fungsi guru.

Sehingga guru harus tetap bisa berinteraksi dengan leluasa, lewat platform online yang dirancang sebelumnya.

Baca Juga: Hape BM Belum Terblokir, Ternyata Blokir IMEI Baru Bisa Efektif Berjalan Awal Juli Nanti

Cari solusi bersama

Untuk mengatasi semua tantangan dalam belajar jarak jauh ini, maka semua pihak sepakat untuk duduk bersama mencari solusinya.

Febrianti Nadira sebagai salah satu perwakilan orang tua murid, berharap segera muncul modul yang lengkap untuk siswa, yang bisa mendekatkan sistem pengajaran dengan pola tatap muka, tak hanya akademis tapi juga pendidikan soft skill seperti kepemimpinan.

Menurut Momon dari Disdik DKI, meski menghadapi tantangan seperti ini, pendidikan karakter harus tetap berjalan meski secara virtual.

Untuk materi soft skill ini, Momon percaya pada kreatifitas konten kreator untuk membuat bahan yang sesuai bagi para siswa.

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya