Wabah Prostitusi Online, Mengapa Semakin Banyak Kasus Seperti Ini?

Kamis, 28 Desember 2017 | 20:12
Pixabay

Prostitusi online semakin marak

Laporan Wartawan Nextren, Kama Adritya

Nextren.grid.id -Kasus pembunuhan yang menimpa seorang ibu muda di Batam akhirnya mendapat titik terang setelah sang pelaku ditangkap.

Sang pelaku ternyata menjalani profesi sebagai seorang gigolo online, atau dengan kata lain melakukan prostitusi online.

(BACA:Tak Perlu Install, 4 Aplikasi Antivirus Ini Bisa Langsung Hapus Virus Komputermu)

Tak lama sebelumnya, di bulan Oktober 2017 lalu. Polisi Banda Aceh juga menggebrek sekelompok jaringan prostitusi online yang telah beroperasi selama dua tahun.

Begitu juga dengan di Mojokerto, di mana seorang pria yang dikatakan hanya iseng mencoba-coba juga tertangkap menjajakan dirinya lewat online.

Apakah ini menjadi tren baru? Menjajakan diri lewat online?

Sebenarnya tidak juga..

Profesi lama dengan cara baru

Prostitusi itu sendiri sebenarnya adalah sesuatu yang sudah ada sejak dulu kala. Bahkan ada yang bilang bahwa prostitusi itu adalah pekerjaan tertua di dunia.

Tidak bisa dipungkiri bahwa profesi pendosa ini memang ada di sekitar kita. Meski di Indonesia profesi ini adalah profesi yang melanggar hukum, namun kita tetap tidak bisa menutup mata bahwa prostitusi itu ada meski secara sembunyi-sembunyi.

Entah itu dalam kedok tempat pijat, ataupun di tempat remang-remang meski di ruang publik seperti jalan raya saat malam hari.

Intinya mereka ada.

(BACA:Ini Perbedaan Xiaomi Garansi Distributor vs Garansi Resmi, Hati-Hati Ya!)

Namun kini di era digital ini, profesi tersebut pun turut memanfaatkan perkembangan teknologi.

Meskipun yang dijajakan mereka adalah tubuhnya untuk kepuasan seks, tetap saja itu merupakan barang dagangan. Dan layaknya barang dagangan, maka mereka akan membutuhkan pasar dan promosi.

Dunia digital bisa menyediakan keduanya dengan cepat dan murah.

Kekuatan media sosial

Dengan hadirnya sosial media seperti Facebook, Twitter, atau bahkan Badoo dari Tiongkok, kebutuhan untuk 'berdagang' tersebut menjadi lebih mudah.

Maka tak heran jika para pelaku prostitusi online yang tertangkap tersebut mengaku 'berjualan' lewat sosial media seperti Facebook.

Mengapa mereka memilih berjualan lewat sosial media?

(BACA:Telat Berburu Xiaomi Redmi 5A? Yuk Ikuti Tips Flash Sale Ini)

Pertama karena membuatnya mudah dan praktis tanpa biaya.

Kedua, karena sosial media itu memiliki sebuah algoritma yang akan dapat menghubungkan orang sesuai dengan kebutuhannya dan kesukaannya.

Ketiga, sosial media yang ternama umumnya juga memiliki fasilitas chat yang cukup aman dan terenkripsi.

Semua hal tersebut membuat sosial media menjadi medium yang lebih menguntungkan ketimbang harus menjajakan diri di pinggir jalan.

Risiko online dan offline sebenarnya sama

Meskipun prostitusi online itu memiliki banyak keuntungan dibanding cara lama (offline), namun sebenarnya risikonya kurang lebih sama.

Menjajakan diri di pinggir jalan atau di sebuah tempat bordil, kalau kamu tidak menyuap aparat keamanan di daerah situ, maka tentunya dalam hitungan menit maka kamu akan segera tertangkap.

(BACA:Teknologi Membawa Petaka, Penyebab Garuda Indonesia Delay Parah)

Kalau kamu berpikir, di dunia maya maka kamu tidak mungkin ketangkap secara fisik, maka kamu salah.

Karena meskipun di dunia maya, kamu tetap meninggalkan jejak digital yang bisa ditelusuri oleh pihak yang berwenang.

Banyak cara untuk dapat menelusuri seseorang dari jejak digitalnya, dari yang tingkat kesulitannya rendah sampai tinggi.

Tak heran kalau tersangka dari Mojokerto itu bisa langsung tertangkap meski baru mencoba-coba, karena polisi bisa langsung menelusurinya.

Prostitusi online masih akan berlanjut

Walau sudah banyak kasus prostitusi online yang terkuak dan tertangkap, namun nampaknya kegiatan ini akan terus berlanjut.

Karena keuntungan dari bisnis ini tidaklah kecil. Sebut saja kasus yang di Aceh tersebut. Kelompok tersebut biasa menarik tarif antara Rp. 800 ribu sampai Rp. 1,5 juta per orang.

Belum lagi kalau prostitusi online kelas tinggi yang memiliki bekingan yang kuat. Seperti jaringan di Jakarta Selatan yang tertangkap belum lama ini. Tarif per orang bisa sampai Rp. 10 juta!

(BACA:8 Trik Ambil Foto Ciamik di Malam Hari Menggunakan Smartphone)

Segala macam risiko yang ada pada online pun dihadapi dengan segala macam cara untuk mengelabui pihak yang berwajib.

Di situs-situs ilegal juga banyak forum-forum yang membagi-bagikan nomor dan kontak untuk melakukan transaksi terlarang tersebut.

Sampai saat ini, pemilik situs-situs tersebut seakan tak tersentuh pihak berwajib. Mungkin ceritanya sama dengan tempat-tempat pijat plus-plus yang tak tersentuh hukum. (*)

Editor : Kama