Berlanjut, Masa Depan Facebook Nyaris Berakhir di Amerika Serikat

Rabu, 11 April 2018 | 09:50
NBC News

Facebook

Laporan Wartawan Nextren, Hesti Puji Lestari

Nextren.grid.id - Beberapa waktu belakangan ini, dunia tengah dikejutkan dengan skandal mengejutkan tentang Facebook.

Pasalnya, data pengguna Facebook diduga disalahgunakan oleh Cambridge Analytica.

Dilansir Nextren dari Phone Arena, pada hari ketika co-founder dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg, bersaksi di depan Senat, ternyata ada fakta menarik dari nasib aplikasi Facebook ini.

Singkatnya, dikatakan bahwa ternyata ada 87 juta data dan informasi profil Facebook yang digunakan oleh perusahaan konsultan Cambridge Analytica tanpa izin.

(BACA:Nexcom Jambu Dijual Cuma Rp 44 Ribu di Shopee, Murah Banget!)

Bahkan penggunaan ini melanggar keputusan persetujuan yang ditandatangani Facebook dengan FTC pada tahun 2011 lalu.

Menurut survey pengguna Facebook yang berbasis di AS, 63% percaya bahwa data pribadi mereka tidak aman.

Dampak dari hilangnya kepercayaan pengguna kepada Facebook inilah yang cukup mengerikan.

Pasalnya, sebesar 61% dari mereka yang di survey mengatakan bahwa mereka tak lagi memiliki kepercayaan pada kemampuan Facebook dalam perlindungan data pribadi penggunanya.

(BACA:Ramai Boikot Facebook (Faceblock) 11 April, Begini Cara Bergabungnya)

Bukan hanya itu, 70% juga percaya bahwa Facebook tidak memiliki rencana untuk menghentukan penggunaan akun palsu.

Sedangkan 69% melihat sebuah pengalaman disinformasi yang akan tetap menjadi bagian dari pengalaman Facebook.

Seiring dengan hal ini, pengacara AS dan Inggris telah bekerja sama untuk mengajukan gugatan class action terhadap Facebook, Cambridge Analytica, SCL Group, dan Global Science Reserach Ltd.

(BACA:YouTube Kids Dirombak, Tontonan Makin Aman Berkat Algoritma Manusia)

Dalam gugatan itu disebutkan pula Aleksandr Kogan dari Rusia-Amerika yang diduga menyerahkan data pribadi dari akun Facebook ke Cambridge Analytica.

Gugatan ini mengklaim bahwa data pribadi milik 1 juta pengguna Facebook di Inggris dan 70.6 juta pengguna AS tidak diperoleh secara legal oleh perusahaan pihak ketiga.(*)

Editor : Kama

Baca Lainnya