Laporan wartawan Nextren, Nicolaus Prama
Nextren.com – Rencana uber untuk hadirkan transportasi mobil terbang rupanya tak redup.
Sebab, pada CES 2020, Uber mengumumkan kerja sama dengan perusahaan otomotif asal Korea Selatan, Hyundai.
Keduanya sepakat untuk memproduksi taksi terbang.
Baca Juga: Pernah Bayangkan Mobil Terbang? Ternyata Bukan Imajinasi Belaka!
Kerja sama antara Uber dan Hyundai merupakan bagian dari ekspansi Uber Elevate.
Sebelumnya, Uber Elevate telah menggandeng Aurora Flight Sciences yang bekerja sama dengan Boeing, Bell, Embraer, Joby Aviation, hingga Karem Aircraft.
Uber Elevate merupakan proyek ambisius Uber untuk menciptakan mobil terbang sebagai armada transportasi onlinenya.
Proyek Uber Elevate telah direncakan sejak 2017 kemarin dan dijadwalkan melewati percobaan perdana pada 2020 serta mulai beroperasi pada 2023 mendatang.
Hyundai mengkonfirmasi kerja sama dengan Uber melalui pernyataan di CES 2020 sekaligus memperkenalkan kendaraan konsepnya, SA-1.
Kendaraan terbang yang diperkenalkan Hyundai mampu berjalan hingga 289 km/jam dan ketinggian hingga 610 meter.
Kendaraan terbang ini akan beroperasi dengan gunakan listrik seutuhnya dan dapat digunakan sejauh 96 km sekali beroperasi.
Untuk menepis keraguan pada masalah keamanan, Hyundai hadirkan beberapa fitur di SA-1.
Pertama, penggunaan rotor pada kendaraan terbang telah disesuaikan agar tidak merusak seluruh bagian kendaraan bila rusak.
Baca Juga: Canggih! Paris Akan Siapkan Taksi Terbang untuk Olimpiade 2024
Kedua, terdapat parasut yang dapat segera digunakan bila kendaraan memasuki keadaan darurat.
Ketiga, rotor yang digunakan tidak sekencang dan seberisik helikopter, sehingga nyaman digunakan di daerah padat penduduk.
Pembagian kerja keduanya pun cukup jelas, Hyundai akan memproduksi kendaraan terbang, sementara Uber akan mengaktifkan layanan dukungan udara.
Tak hanya itu, Uber juga bertugas untuk menghubungkan antara penumpang di darat dengan kendaraan terbang melalui jaringan tertentu.
Bahkan, Uber dan Hyundai telah membahas model keberangkatan dan pendaratan kendaraan terbang tersebut.
Rencananya, bila regulasi telah memungkinkan, kendaraan terbang akan menggunakan kecerdasan buatan untuk beroperasi.
(*)