Nextren.com – Produsen kamera Fujifilm meluncurkan jajaran terbaru kamera generasi X-series yaitu Fujifilm X-Pro3 (X-Pro3).
Kamera baru ini hadir secara resmi di Indonesia dengan harga Rp 27.999.000 untuk varian Black dan Rp 30.999.000 untuk varian Dura Black dan Dura Silver.
Sebelumnya, kamera lensa interchangeable pertama X Series, Fujifilm X-Pro1 dirilis pada Februari 2012 dan penggantinya, Fujifilm X-Pro2 pada Maret 2016, dengan kualitas gambar dan kinerja yang diklaim lebih baik.
Kedua seri X-Pro tersebut diakui para penyuka fotografi dokumenter dan reportase karena gaya rangefinder yang klasik, portabilitas dan berbagai fitur yang meningkatkan kinerja intuitif kamera.
Kamera X-Pro3 juga dilengkapi berbagai aksesoris opsional seperti BLC-XPRO3 leather case dan MHG- XPRO3 hand grip.
Baca Juga: Sony Indonesia Rilis Kamera Mirrorless Terbaru, Alpha 6000 dan 6100 Mulai Rp 12 Jutaan
BLC-XPRO3 leather case menunjukkan desain klasik X-Pro3 sambil melindungi tubuh kamera. Salah satu keunikannya adalah fotografer tetap dapat mengganti baterai sekalipun saat casing terpasang ke kamera.
Sedangkan MHG-XPRO3 hand grip meningkatkan handling kamera, terutama saat menggunakan lensa aperture yang lebih besar. Sama seperti BLC-XPRO3 leather case, fotografer tetap dapat mengganti baterai atau kartu SD tanpa harus melepaskan grip ini.
Seiring peluncuran kamera ini, Fujifilm membuka pre-order pada 23-25 November 2019.
Pemesanan pada periode tersebut akan diberikan MHG-XPRO3, BLC-XPRO3, dan SD card Sandisk Extreme Pro 64GB 170Mbs senilai 4 juta Rupiah.
Baca Juga: Canon EOS M6 Mark II Hadir Rp 13 Jutaan, Mirrorless 32,5 MP Dengan Perekam Video 4K dan Stabilizer
Fitur Utama Fujifilm X-Pro3
1. Bodi titanium
Bagian luar bodi kamera terbuat dari titanium, yang memberi kekuatan tambahan dan ketahanan dari korosi.
Hal ini akan melindungi kamera dari goresan serta menonjolkan tampilan dengan tekstur yang unik.
Kerangka internal bodi kamera terbuat dari campuran magnesium.
Lalu ada weather sealing di 70 titik sehingga kamera semakin tahan debu dan kelembaban.
Kamera ini juga mampu beroperasi pada suhu -10 °C, memungkinkan pengguna untuk berada di berbagai lokasi dan tidak perlu khawatir tentang cuaca.
Baca Juga: Tak Diduga, Sony Merilis Kamera Fullframe Mirrorless A9 Mark II
2. Hybrid Viewfinder
Fotografer dapat beralih dengan mudah dari Optical Viewfinder (OVF) dan Electrical Viewfinder (EVF).
OVF akan memberikan pandangan konstan pada subjek tanpa jeda waktu, sedangkan Electrical Viewfinder (EVF) memungkinkan fotografer untuk memeriksa eksposur saat memotret.
Kamera ini juga dilengkapi fungsi "Electronic Range Finder", di mana jendela EVF kecil ditampilkan dalam OVF untuk membantu memeriksa pengaturan elektronik.
Jendela EVF menampilkan tampilan langsung, pembesaran titik AF dan gambar yang diambil untuk meningkatkan kegunaan OVF.
Baca Juga: Video Hands On Sony RX100 VII, Kamera Saku Secepat Mirrorless A9
3. Performa sensor dan prosesor generasi keempat
X-Pro3 menggunakan algoritma lanjutan untuk mengaktifkan AF pada pencahayaan minimum -6EV, yang mendekati situasi gelap gulita.
Kamera ini memiliki fungsi pemotretan HDR baru yang menggabungkan beberapa gambar yang diambil secara terus-menerus dari berbagai tingkat pencahayaan untuk memperluas jangkauan dinamis.
Fitur ini dirancang untuk menciptakan kembali rentang yang luas dari kondisi cahaya yang ada di alam, sehingga menghasilkan warna alami tanpa amplifikasi gaya warna yang berlebihan.
X-Pro3 untuk pertama kalinya memiliki fungsi pembatas rentang AF, yang saat ini hanya tersedia pada sejumlah lensa. Fotografer dapat memilih dari dua nilai preset atau menggunakan focus ring untuk menentukan rentang fokus apa pun.
Baca Juga: Sony Perkenalkan Mirrorless APS-C Terbaru A6600 dan A6100, Harga Mulai Rp 10 Jutaan
Kamera bisa menangani beberapa eksposur hingga 9 frame dalam mode Additive, Average, Comparative Bright, atau Comparative Dark untuk menggabungkan gambar yang diambil dari berbagai sudut pandang atau pada waktu yang berbeda menjadi satu gambar.
Fotografer dapat menerapkan mode film simulation yang berbeda pada setiap bingkai untuk membuat kolase berlapis-lapis.
4. Kualitas gambar
Mode Classic Neg. telah ditambahkan ke fungsi film simulation, sehingga kamera bisa mensimulasikan film warna negatif, yang biasanya dipilih untuk foto sehari-hari.
X-Pro3 memungkinkan fotografer untuk memilih warna kunci dari matriks dengan warna Warm/ Cool dan warna Magenta / Hijau, menggabungkan gradasi kaya ke dalam gambar bidikan fotografer untuk membuat foto terlihat semakin artistik dengan sentuhan pribadi.
"Clarity Setting" telah dimasukkan sebagai parameter kualitas gambar yang melengkapi Highlight Tone, Shadow Tone dan Sharpness.
Baca Juga: Seharga Mobil, Fujifilm Luncurkan Kamera Mirrorless 102MP GFX100
Tekstur dan garis besar subjek dapat ditekankan atau dilembutkan sambil mempertahankan gradasi warna untuk mengontrol keseluruhan tampilan gambar.
Fungsi Grain Effect yang mensimulasikan film fotografi telah berevolusi sehingga fotografer dapat menyesuaikan "kekuatan" dan "ukuran" yang ada sehingga mendapatkan kontrol yang lebih tepat atas graininess.
5. Handling
Layar sentuh LCD dengan resolusi tinggi 1,62 juta titik dapat berputar 180 derajat, sehingga membuat fotografer bisa memotret dari pinggul, di permukaan tanah atau dengan kamera di atas kepala.
Layar dapat diatur dalam mode Classic yang menampilkan film simulation, white balance dan pengaturan gambar lainnya.
Pilihan Highlight Tone and Shadow Tone telah diintegrasikan ke dalam pengaturan "Tonal Curve" sehingga fotografer dapat secara intuitif menyesuaikan pengaturan sambil memeriksa "Tonal Curve".
Kompatibilitas dengan perangkat lunak pihak ketiga telah ditingkatkan sehingga sekarang dapat membaca peringkat yang diberikan pada gambar menggunakan fungsi "Rating".
X-Pro3 memiliki port USB Type-C (USB3.1 Gen1), untuk mengisi daya baterai kamera dan mentransfer data.
Sebagai informasi, PT Fujifilm Indonesia merupakan anak perusahaan langsung dari Fujifilm Holdings Corporation. Berkantor pusat di Kota Kasablanka, Jakarta, perusahaan ini resmi didirikan pada bulan September 2011.