Nextren.com - Anggaran pembelian software antivirus dan belanja IT yang dicanangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kini tengah menjadi topik yang hangat diperbincangkan.
Awalnya beredar dana yang dianggarkan untuk kebutuhan software dan antivirus mencapai Rp 12,9 miliar setahun.
Setelah netizen ribut, barulah Pemda DKI menjelaskan lebih rinci penggunaannya.
Pemerintah mencanangkan dana ratusan juta untuk menyewa software antivirus yang nantinya akan digunakan pada perangkat komputer milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Baca Juga: Malware Yang Kebal Antivirus? Peneliti Temukan Cara Untuk Membuatnya
Akhirnya Pemda DKI menjelaskan bahwa mereka menganggarkan Rp 384 Juta Setahun hanya untuk sewa antivirus saja.
Anggaran tersebut dianggap terlalu besar untuk membeli antivirus serta sejumlah software lainnya.
Lantas mungkinkah Pemprov DKI memangkas dana antivirus agar anggaran bisa diturunkan?
Menurut pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, ada cara agar tak perlu menghabiskan miliaran rupiah untuk menggunakan antivirus berkualitas, apalagi pengguna dalam jumlah yang besar seperti di korporasi atau badan pemerintahan.
Baca Juga: Pengguna iPhone Resmi Bisa Nikmati Antivirus Avast Agar Lebih Aman
Pertama, yang perlu diperhatikan adalah jumlah klien atau perangkat yang menggunakan antivirus tersebut.
Alfons mengatakan bahwa biasanya, semakin banyak perangkat yang akan digunakan (klien), maka semakin murah harga yang harus dibayarkan.
" Antivirus itu dilihat berapa klien (perangkat), semakin banyak maka semakin murah."
"Kalau seribu klien misalnya harus bayar Rp 200.000. Nah, kalau ada 10.000 klien bisa lebih murah."
"Beli makin besar, harga satuannya makin murah," kata Alfons.
Baca Juga: 4 Rekomendasi Antivirus di Android yang Bisa Lindungi Hape Kamu
Next-gen antivirus
Selain itu Alfons juga mengatakan bahwa pemerintah harus mempertimbangkan untuk menggunakan antivirus generasi terbaru, alias next-gen antivirus ketimbang antivirus konvensional.
Sebab, antivirus ini menurut Alfons, lebih efisien daripada antivirus biasa.
Perbedaan yang paling menonjol dari next-gen antivirus ini adalah pemanfaatan teknologi cloud.
Next-gen antivirus juga tak memerlukan hardware yang bertindak sebagai server seperti antivirus konvensional.
Baca Juga: Malware Penambang Cryptocurrency Serang Linux Dan Matikan AntiVirus
"Next-gen antivirus punya keunggulan. Bandwidth-nya juga lebih efisien dari antivirus biasa," kata Alfons saat dihubungi KompasTekno, Kamis (10/10/2019).
Menurutnya, next-gen antivirus juga sudah cukup banyak direkomendasikan.
Bahkan hasil penelitian dari lembaga riset Gartner juga mulai memasukkan nama-nama next-gen antivirus sebagai software yang layak untuk dipertimbangkan.
"Lihat saja Gartner. Uniknya sekarang muncul nama-nama antivirus baru yang jarang didengar."
Baca Juga: Bitdefender, Antivirus Baru yang Hadir Untuk Amankan Semua Gadget
"Umumnya orang awam gak pernah dengar nama seperti Black Carbon atau WebRoot. Itu adalah next-gen antivirus," ungkap Alfons.
Selain itu dengan penggunaan teknologi cloud ini, next-gen antivirus bisa memangkas rangkaian jalur distribusi yang panjang.
"Dengan next-gen antivirus, tujuan utamanya yaitu melindungi komputer akan tercapai."
"Next-gen antivirus juga punya client yang lebih kecil, langsung ditembak ke cloud sehingga bandwidth lebih efisien," kata Alfons.
Next-gen antivirus dikatakan Alfons juga lebih hemat bandwidth dalam setiap update, biasanya cuma berukuran 250 kb, beda dengan antivirus konvensional yang bisa mencapai 1 MB sampai 4 MB.
"Dan jumlahnya dikali ratusan klien, bayangkan."
"Sementara next-gen antivirus, mereka memotong jalur distribusi sehingga lebih efisien," pungkas Alfons.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengamat: Antivirus Harusnya Makin Murah Kalau Pemakainya Banyak"Penulis : Yudha Pratomo