Viral Broadcast Cara 'Pancing' Hujan Pakai Baskom Air Garam, Ini Faktanya

Rabu, 18 September 2019 | 20:00
Humas BPBD Kalsel

Kebakaran hutan

Minggu-minggu ini kita disibukkan oleh berita adanya kebakaran luas di Indonesia.

Di tengah upaya pemerintah menghentikan kebakaran, ada pihak-pihak yang memperkeruh suasana dengan menyebarkan kabar hoaks.

Di aplikasi chating saat ini banyak beredar pesan berantai di aplikasi perpesanan yang berisi ajakan untuk memancing hujan dengan air garam.

Baca Juga: Viral Lagu 'Kasih Sayang Kepada Orang Tua', Dipuji Netizen Meski Liriknya Tak Jelas

Berikut ini bunyi broadcast yang beredar di grup-grup WhatsApp:

Darurat Kemarau Panjang !!

Sediakan baskom air yang dicampur garam dan diletakkan diluar rumah, biarkan menguap, jam penguapan air yang baik adalah sekitar pukul 11.00 s.d jam 13.00, dengan makin banyak uap air di udara semakin mempercepat Kondensasi menjadi butir air pada suhu yang makin dingin di udara.

Dengan cara sederhana ini diharapkan hujan makin cepat turun, semakin banyak warga yang melakukan ini di masing-masing rumah, ratusan ribu rumah maka akan menciptakan jutaan kubik uap air di Udara.

Lakukan ini satu rumah cukup 1 ember air garam, sabtu jam 10 pagi serempak..

Mari kita sama2 berusaha utk mnghadapi kemarau kian parah ini.. >:|<

Mohon diteruskan..Terima kasih

Baca Juga: Viral Di Twitter, Dikira Pasangan Gay Wanita Ini Posting Perubahannya

Benarkah hal itu perlu dilakukan?

Ternyata kabar hoaks berantai ini sudah sering beredar terutama saat ada kebakaran hutan yang besar.

Terkait hal tersebut, seperti dilansir dari kompas.com tahun 2015 lalu, Peneliti Meteorologi Tropis BPPT Dr Tri Handoko Seto sudah mengungkapkan, bahwa dari sisi partisipasi masyarakat, dia merasa senang terhadap adanya aksi itu.

Hal tersebut menunjukkan kepedulian tinggi masyarakat terhadap bencana asap yang sedang terjadi.

Baca Juga: Viral! Suami Pasang CCTV Untuk Awasi Sang Istri, Ternyata Berakhir Menyentuh

Namun dari sisi teknis, hal ini sangat jauh panggang dari api alias tidak ada gunanya.

Menurut Tri Handoko, jika ada satu ember air tiap rumah, lalu ratusan ribu orang dari tiap rumah melakukannya maka diharapkan akan ada jutaan meter kubik uap air, hal itu tidaklah mungkin.

Dengan asumsi satu ember sama dengan 10 liter air, maka total air yang hendak diuapkan hanya ribuan meter kubik.

Maka diperlukan ratusan juta ember untuk mendapatkan jutaan meter kubik.

Itu pun jika air yang ditempatkan di ember menguap semua.

Maka menurut Tri Handoko, hal ini dipastikan tidak akan mungkin.

Baca Juga: Viral di Twitter, Dokter Kisahkan Bingungnya Pasien Yang Diminta Beri Bukti Keperawanan Oleh Tunangan

Menurut dia, proses terjadinya hujan bukan merupakan mekanisme mikro seperti yang disampaikan dalam pesan berantai tersebut.

Ada banyak syarat yang harus dipenuhi agar hujan terjadi.

Selain penguapan yang besar, perlu pola angin tertentu sehingga uap air bisa terkondensasi di suatu wilayah.

"Tentu saja ini terkait dengan kondisi cuaca skala luas. Keberadaan gunung bisa saja mengakibatkan terbentuknya awan, tetapi untuk menjadi hujan, perlu juga lingkungan yang mendukung," papar Tri Handoko.

Baca Juga: Viral Chat Whatsapp Driver Ojol Ini Bantu Bikin PR Matematika

Menurut Tri Handoko, masyarakat diharapkan punya partisipasi yang lebih mendukung.

Yang paling penting untuk saat ini adalah jangan membakar hutan dan lahan.

Pembakaran kecil bisa menjadi besar dan tidak terkendali.

Tri Handoko menyarankan untuk segera melaporkan jika mendapati ada orang yang membakar hutan dan atau lahan.

Bahkan jika perlu, mereka bisa bergabung dan aktif dalam gerakan-gerakan pemadaman kebakaran hutan dan lahan.

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya