Satu dari tujuh orang di dunia menggunakan WhatsApp. Tepatnya, 1 miliar penduduk bumi terhubung lewat layanan instant messaging tersebut.Hal itu disampaikan pendiri WhatsApp Jan Koum lewat akun Facebook personalnya pada Selasa (2/2/2016). "Satu miliar pengguna. Sangat bangga dengan tim kecil kami yang berbuat begitu banyak dalam kurun waktu cuma tujuh tahun," kata dia. Tim kecil yang dimaksud Koum tak berjumlah ratusan atau ribuan pekerja. Melainkan hanya 57 programer yang menangani layanan raksasa tersebut. Nominal itu bisa dibilang cukup mengagetkan. Pasalnya, banyak perusahaan yang skalanya tak sebesar WhatsApp tapi punyaprogramer dalam jumlah persis atau bahkan lebih banyak. Gara-gara "Erlang"Software Engineer WhatsApp Jamshid Mahdavi pun menjelaskan kenapa perusahaannya irit programer. Menurut dia, alasan pertamanya adalah "Erlang".Erlang adalah bahasa pemrograman dari tahun 80-an yang tak terlalu populer di kalangan programer. Kendati demikian, Erlang dianggap mumpuni mengatur arus komunikasi pararel dari pengguna yang membludak. Selain itu, Erlang juga memungkinkanprogramer menyebarkan kode baru secara on-the-fly atau sembari memroses kode itu. Artinya, produktivitas dan kecepatan "Erlang" bisa diandalkan.Saat ini, di era pemrograman modern, Erlang dianggap telah usang. Namun bagi WhatsApp dan beberapa layanan internet, seperti WeChat dan Facebook Chat, Erlang masih punya rumah. Menjaga kesederhanaan, merekrut yang terbaik.Kunci lain kesuksesan WhatsApp, kata Mahdavi, adalah prinsip kesederhanaan. Selain menggunakan bahasa pemrograman Erlang, WhatsApp juga menggunakan komputer bersistem operasi "FreeBSD" yang spesifikasi hardware-nya tak bisa dibilang super canggih.Sejak ia bergabung di WhatsApp dua tahun lalu, Mahdavi mengatakan layanan bernuansa hijau tersebut turut mengubah prinsip personalnya. "Pendekatan minimalistik ini sangat membuka mata saya," kata dia.Ia juga menegaskan prinsip WhatsApp selalu terkait kualitas, bukan kuantitas. Dengan Erlang danprogramer yang hebat, WhatsApp tak butuh jumlah pekerja yang bikin sesak kantor. "Strategi kami adalah merekrutprogramer terbaik dan paling bersinar," ujarnya. Pada minggu pertama paraprogramer baru bekerja, kata Mahdavi, mereka dipersilahkan beradaptasi dan belajar bahasa pemrograman yang digunakan WhatsApp."Jika yang direkrut orang-orang pintar, mereka akan bisa melakukan itu semua," ia menuturkan.Terakhir, Mahdavi juga mengatakan rapat formal di kantor adalah hal yang tak sering-sering dilakukan di WhatsApp. Beberapa pekerja, kata dia, bahkan hampir tak pernah rapat."Pelajaran nomor satu, fokus ke pekerjaan yang harus dilakukan, jangan lakukan aktivitas yang mendistraksi, misalnya rapat."
Cara WhatsApp Urus 1 Miliar Pengguna, Erlang dan Kurangi Rapat
Rabu, 03 Februari 2016 | 11:12
Tag
Editor : Reza Wahyudi
Sumber Wired