Dua orang peneliti dari perusahaan keamanan jaringan asal Jerman “membedah” sistem operasi berbasis Linux buatan Korea Utara, Red Star OS. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan sebuah fakta yang cukup mencengangkan.Kedua peneliti tersebut adalah Florian Grunow dan Niklaus Schiess dari perusahaan ERNW GmbH. Peneliti tersebut memaparkan hasil penelitiannya dalam sebuah acara Chaos Communication Congress, di Hamburg, Jerman. Sebagaimana Nextren rangkum dari Reuters, Sabtu (2/1/2016), kedua peneliti tersebut mengungkapkan, sama seperti negara itu sendiri, Red Star OS diketahui sangat tertutup.Dalam artian, pemerintah Korut ingin mengekang dan mengontrol semua informasi yang beredar melalui sistem operasi ini.Ada banyak fitur "pengunci" yang dipasang oleh ahli teknologi Korea Selatan. Salah satu contohnya, sistem Red Star akan memberikan semacam watermark di setiap file dokumen atau media yang ada di komputer atau USB flash disk yang tercolok. Melalui watermark tersebut, pemerintah dapat melacak siapa pembuat dan orang terakhir yang membuka file itu.Canggihnya lagi, sistem tersebut dapat mencegah seseorang untuk memodifikasi sistem operasi tersebut. Jika ada yang berusaha mencobanya, sistem akan mengeluarkan peringatan atau me-reboot dirinya sendiri.Bentuk pengekangan lainnya terletak pada browser dan juga antivirus bawaan sistem Red Star. Keduanya terhubung langsung ke server internal milik Korea Utara. Itu artinya, pemerintah bisa memata-matai dan mengetahui langsung situs apa yang diakses pengguna dan virus apa saja yang masuk ke negara tersebut.
Linux ala Korea Utara Serba Dikekang dan Dimata-matai
Sabtu, 02 Januari 2016 | 15:29
Tag :
Editor : Oik Yusuf
Sumber : Reuters
Baca Lainnya