Google Rela Disensor Demi Masuk China

Selasa, 24 November 2015 | 14:58
Google

Google mengumumkan pemakaian logo baru pada Selasa (2/9/2015).

Google berencana mengekspansi kembali bisnisnya ke China. Langkah itu dimulai dengan meluncurkan Google Play Store di Negeri Tirai Bambu, 2016 mendatang.

Tapi tentu ada harga yang harus dibayar. China tak bakal serta-merta menerima kembali kehadiran Google.Pasalnya, Google pernah menjalankan bisnis di China sebelumnya. Google kemudian angkat kaki pada 2010 lalu, lantaran menolak menyensor konten sensitif dari mesin pencarinya.

Kali ini, Google tampaknya rela mengikuti aturan main China. Dilansir Nextren, Senin (23/11/2015) dariReuters, Google Play Store di China bakal diatur secara spesifik.

Toko aplikasi itu, kata dua sumber dalam, tak bakal sama dengan versi yang dijajal pengguna global. Konten bakal disaring sesuai hukum yang berlaku di China. Data di dalam Play Store juga harus disimpan di server lokal negeri Panda itu.

Menurut mantan pekerja Google yang kini menjabat CEO perusahaan periklanan China PapayaMobile, Shen Si, Google harus mempersiapkan mental dan strategi jitu untuk rekonsiliasi dengan pemerintah China.

Tak hanya untuk masuk, tapi juga untuk bertahan. "Jika ingin diterima pasar China, Google harus memilih produk yang penting bagi masyarakat China dan produk itu harus dilokalisasi," kata dia.

Terlalu besar untuk disepelekan

Saat ini, kata sumber dalam, Google telah memperkerjakan beberapa orang untuk mempersiapkan peluncuran Play Store ala China.

Disinyalir, peluncuran akan berdekatan dengan Tahun Baru China, Februari mendatang. Untuk pembayaran aplikasi, Google dikatakan bekerja sama dengan Alipay -layanan pembayaran online dari Alibaba- dan pembayaran via WeChat.

Kerelaan Google melepaskan egonya demi masuk ke China bukan tanpa alasan. Negeri dengan populasi terbanyak tersebut terlalu besar untuk disepelekan.

Google tampaknya mengekor Apple. Perusahaan berlogo apel tersebut lebih dulu melokalisasi produk dan layanannya dengan aturan main China.

Hasilnya, hingga September 2015 ini, Apple sudah meraup pendapatan 58,7 miliar dollar AS (Rp 804 triliun) hanya dari pasar China. Angka itu menjadikan China sebagai pasar terbesar kedua untuk Apple.

Apakah sikap mengalah Google ke bakal berbuah untung berkali-kali lipat dari pasar China? Kita lihat saja nanti.

Tag

Editor : Oik Yusuf

Sumber Reuters