Setelah Jakarta, Qlue Mau Ke Mana?

Rabu, 18 November 2015 | 19:10
Oik Yusuf/ Kompas.com

Head of Marketing Qlue Johanes Edward

Menjelang akhir Oktober lalu, aplikasi Qlue sudah bisa digunakan untuk memantau informasi bus Transjakarta, lengkap dengan peta, keterangan halte, serta bus-bus yang sedang berada di jalan.Layanan itu merupakan salah satu wujud pengembangan Qlue, jejaring sosial berbasis aplikasi Android yang dirancang sebagai medium pelaporan masalah warga Jakarta kepada pemda setempat.Pemprov DKI Jakarta memang menggandeng Qlue sebagai salah satu aplikasi pendukung program Jakarta Smart City sejak Desember tahun laluKe depan, pihak TerralogiQ selaku pengembang Qlue berencana menjalin kerjasama dengan kota-kota lain yang juga menerapkan program Smart City seperti Bandung."Untuk sekarang kami ingin ekspansi ke kota-kota yang dekat Jakarta dulu, karena orang Jakarta 'kan datangnya dari kota sekitar juga, misalnya Tangerang," kata Kepala Pemasaran Qlue Johanes Edward ketika berbincang dengan Nextren di arena pameran Indocomtech 2015, awal bulan November.Qlue sendiri saat ini memang banyak dipakai oleh warga luar Jakarta, seperti Depok dan Bekasi, tapi laporan mereka belum bisa direspons. Pengguna luar Jakarta mewakili 20 persen pengguna Qlue, sementara sisanya berasal dari ibukota."Jumlah keseluruhan pengguna Qlue sudah mencapai 100.000 dalam waktu kurang dari 1 tahun semenjak diluncurkan," imbuh Edward.Game dan RewardQlue memiliki beberapa rencana untuk memonetasi layanannya. Service Qlue Transit bus Transjakarta tadi, misalnya, menyediakan sistem reward yang bisa ditukar dengan tiket bus. Ada juga avatar yang bisa dipakai oleh pengguna.

TerralogiQ

Ilustrasi Qlue

"Nantinya, avatar ini akan bisa ditukar-tukar, termasuk dengan merchandise lewat activity," terang Johanes.Dia juga menyebutkan rencana untuk merilis aplikasi-aplikasi lain yang masih berkaitan dan mendukung program Smart City, termasuk game. TerralogiQ, misalnya, bisa membuat game bertema sosialisasi perilaku yang tepat untuk warga kota. "Intinya mendidik agar terbentuk habit yang baik, merawat tempat tinggal, dan lain-lain," lanjutnya.Untuk sementara, Johanes mengaku pihaknya masih menahan diri agar tak terlalu agresif mengejar segi bisnis, misalnya lewat in-app purchase."Soalnya nanti takut user jadi terganggu. Tapi kalau dari aplikasi lain seperti game, tak menutup kemungkinan model seperti itu diterapkan," pungkasnya.

Tag

Editor : Oik Yusuf