REVIEW - Ready Player One: Film Oleh Generation X Untuk Generation X

Selasa, 27 Maret 2018 | 09:22
Warner Bros

Ready Player One adalah film yang menampilkan pop culture paling banyak dalam satu film

Laporan Wartawan Nextren, Kama Adritya

Nextren.grid.id -Steven Spielberg merupakan sutradara yang terkenal dan memiliki banyak penghargaan dari film-film yang disutradarainya.

Spielberg juga salah satu sutradara yang memberikan banyak kontribusi pada budaya pop (pop culture) untuk anak-anak yang lahir di tahun 70 sampai 90'an.

Sebut saja film Back To The Future, Jaws, ET, Indiana Jones, Saving Private Ryan, dan masih banyak lagi.

(BACA:Mengenal Lava Z50, Android Go Murah Pesaing Nokia 1 Rp 900 Ribuan)

Film-film tersebut membentuk pop culture bagi generasi X atau Generation X yang merupakan orang-orang yang lahir di tahun 70-80'an.

Untuk itu, ketika Spielberg membuat film Ready Player One yang isinya penuh dengan referensi pop culture di masa generasi X tumbuh dewasa, maka tak heran kalau film ini membuat generasi X bernostalgia (catatan: penulis artikel ini juga seorang generasi X).

Film yang diangkat dari novel karya Ernest Cline ini memang penuh dengan referensi-referensi budaya angkatan 70 dan 80'an, baik itu dalam hal perfilman, games, sampai dengan musik.

Mungkin bahkan butuh menonton film ini berkali-kali untuk dapat mengenali semua referensi budaya ini. Terutama karena sebagian besar muncul hanya sepersekian detik di layar. Sehingga butuh mata tajam untuk dapat mengenali semuanya.

Dari awal film saja sudah padat akan referensi budaya tersebut, alunan musik Van Halen memulai film sembari narasi menjelaskan dunia yang menjadi inti cerita dari film ini.

Warner Bros
Warner Bros

Untuk masuk ke dunia OASIS, Wade harus menggunakan alat seperti VR dan tempat pijakan khusus yang bi

(BACA:Facebook Menyimpan Riwayat Panggilan dan SMS Tanpa Izin Pengguna)

Alkisah di tahun 2045, dunia sudah demikian kacaunya sehingga manusia mencari pelarian ke dunia virtual yang dinamakan OASIS.

Di dalam dunia OASIS ini, kita bisa menjadi siapapun yang kita inginkan. Namun, seperti layaknya sebuah game multiplayer online, setiap orang memiliki uang credit yang juga dianggap sebagai 'nyawa' di OASIS. Kalau credit kamu habis, maka kamu akan terlempar keluar dari OASIS.

Hal ini membuat orang-orang di film ini hidup dalam dua dunia: dunia nyata dan OASIS.

Ketika pencipta OASIS, Halliday meninggal dunia, dirinya meninggalkan rahasia easter egg yang tersembunyi di OASIS. Wasiatnya mengatakan bahwa siapapun yang bisa menemukan easter egg tersebut akan mendapatkan kendali akan perusahaan pendiri OASIS dan kekayaan berlimpah.

Hal ini membuat seluruh orang berusaha untuk mendapatkan easter egg tersebut. Namun untuk mendapatkannya begitu sulit, di mana mereka harus menemukan 3 kunci rahasia yang tersembunyi, dan teka-teki yang misterius.

Warner Bros
Warner Bros

Kualitas aksi dan animasi di film ini lumayan bagus

(BACA:Inilah Fungsi Verifikasi Dua Langkah Dalam WhatsApp, Penting Nih)

Tokoh protagonis pada film ini adalah Wade Watts. Seorang anak muda yang hidup di tempat kumuh dan setiap hari hanya bermain di OASIS dengan avatar bernama Parzival. Di dalam OASIS dirinya hanya berteman dengan Aech yang hanya ditemuinya di dunia virtual ini.

Hidupnya kemudian mulai berubah ketika dalam satu perlombaan balap, dirinya bertemu dengan Art3mis, seorang avatar cantik yang memiliki skill hebat.

Dari sana, cerita pun mengalir mengikuti petualangan Wade sebagai Parzival dalam upayanya mencari easter egg. Namun, pihak antagonis 101 yang dipimpin oleh Sorrento juga berupaya untuk mendapatkan hadiah tersebut. Clan yang terdiri dari banyak orang ini memiliki modal besar dan berusaha dengan segala macam cara untuk menang.

Bisa dibilang, 75% dari isi film ini berada di dalam OASIS. Sehingga, adegan dengan dunia nyata-nya tidaklah terlalu banyak. Tye Sheridan yang bermain sebagai Wade Watts pun juga tidak terlalu banyak mendapat durasi di layar.

Hal ini bisa menjadi kelemahan kalau saja bukan karena jasa Industrial Light and Magic (ILM) dalam membuat efek visual yang luar biasa.

Warner Bros
Warner Bros

Avatar Wade yaitu Parzival mengendari mobil legendaris DeLorean dari Back To The Future

(BACA:Infinix Zero 5 Dituduh Produk Bodong oleh Seorang Gadget Blogger)

Dunia OASIS bisa dihidupkan oleh ILM, di mana efek visual yang terlihat seperti game ini malah menjadi kekuatan dari film ini.

Referensi budaya yang ditampilkan pada film ini juga hadir berkat efek visual tim ILM.

Tanpa perlu menyebutkan satu demi satu, namun penggunaan tokoh ataupun settingan pop culture ini membangkitkan perasaan nostalgia yang mendalam.

Euforia yang ditimbulkan dari nostalgia ini membuat para fans takjub dan excited banget. Pada saat menonton screening film ini, para penonton berulang kali tepuk tangan dan bersorak ketika mengenali tokoh yang muncul di layar.

Baik itu Delorean dari Back To The Future, Iron Giant, Tracer dari Overwatch, sampai dengan suara TIE Fighter dan blaster dari Star Wars.

Ada satu penggunaan referensi budaya dari film lain yang menjadi plot twist yang brilian di tengah film. Hal tersebut membuat kita jadi membayangkan berapa besar dana yang dikeluarkan Spielberg untuk mendapatkan hak tayang terhadap IP (Intelectual Property) yang muncul di film ini.

Warner Bros
Warner Bros

Cerita di dunia nyata kalah porsi di banding kisah di dunia dalam OASIS

(BACA:Harga Asus Zenfone Max Plus (M1) Terbaru di Toko Online Indonesia)

Hanya saja, keunggulan dari film ini juga menjadi kelemahan terbesar dari film Ready Player One ini.

Film ini memang dibuat untuk Generation X dengan segala macam referensi pop culture-nya. Lantas bagaimana dengan generasi Millenials? Akankah mereka mengalami sensasi yang sama dengan kakak-kakaknya?

Mungkin mereka hanya akan mengenali sebagian, dan itu artinya mereka hanya akan dapat menikmati sebagian dari keunggulan yang ditawarkan film ini.

Meski demikian, untuk ukuran film dengan rating 13 tahun ke atas ini juga cukup fun untuk dinikmati berbagai kalangan. Meski tidak akan seoptimal penonton dari generasi X.

Rating 4,5 dari 5, dan tidak ada adegan tambahan setelah credits. (*)

Editor : Kama

Baca Lainnya