Follow Us

Kaitan Bitcoin dengan Ekonomi Islam Dibahas Di Blockchain Indo 2018

Wahyu Subyanto - Jumat, 11 Mei 2018 | 17:14
Matthew J Martin di Blockchain Indo 2018
Yusuf

Matthew J Martin di Blockchain Indo 2018

Nextren.com - Saat ini mata uang digital terus berkembang di dunia dan juga Indonesia.Meski di Indonesia tidak diakui oleh Bank Indonesia, ternyata mata uang adigital seperti Bitcoin dan sejenisnya mulai diterima secara luas.Bahkan bermunculan penambangan digital Bitcoin dan sejenisnya, lewat komputer dan kartu grafis di Indonesia.Sehubungan makin maraknya pemakaian mata uang digital, maka Blockchain Indo 2018, konferensi & pameran internasional tentang blockchain, fintech, dan aset digital dibuka hari ini di Kempinski Grand Ballroom, Jakarta.

(BACA : REVIEW Galaxy J7 Pro - Dual Kamera Kencang Tanpa Quick Charge )Konferensi digelar selama dua hari (11-12 Mei 2018) dan dihadiri hampir 1000 orang dari seluruh dunia, terdiri dari pembicara ahli, peserta dan peserta pameran.Ada lebih dari 30 perusahaan yang berpartisipasi sebagai sponsor. Mereka memamerkan berbagai platform Blockchain, teknologi baru, ICO dan bisnis digital yang dipimpin oleh sponsor utama financial.org. Sponsor utama lainnya adalah MOS, Summico, Mfun, Fiipay, Next Level Consulting, Elzar Shariah, dan Ultroneum, semuanya dari luar negeri.

(BACA : Xiaomi Mi Mix 2S Edisi Khusus Terjual Kurang Dari 1 Menit di Tiongkok )

Konferensi ini menghadirkan pembicara dari gabungan keahlian global dari Eropa, Amerika dan Asia termasuk dari Indonesia.Materi yang dibahas tentang teknologi, aspek regulasi dari Blockchain, keuangan Islam, ICO, teknologi baru dan aset digital. Acara ini diselenggarakan bersama oleh Cryptoevent dan Amanah Capital Group Limited serta kemitraan lokal dengan Asosiasi Digital Enterprise Indonesia (ADEI) dan Global Citra Media.Di antara topik-topik menarik menarik perhatian pasar digital Indonesia berasal dari Mr Matthew J Martin.

(BACA : Fitur Baru Instagram, Hadirkan Polling dengan Slide Emoticon )

suasana konferensi Blockchain Indo 2018
Yusuf

suasana konferensi Blockchain Indo 2018

Pakar blockchain sekaligus CEO Blossom Finance ini membahas kaitan antara bitcoin dengan ekonomi Islam.Topik tersebut menarik karena Asia Tenggara, terutama pasar Indonesia memiliki potensi besar untuk sektor Blockchain dan fintech, khususnya di Keuangan Islam dan Bisnis Digital. Beberapa topik yang dibahas di antaranya adalah tentang apakah Bitcoin adalah halal untuk muslim, peraturan tentang aset digital, evolusi crypto dalam manajemen keuangan, wanita dalam blockchain dan blockchain dalam bisnis bunga.Selain Matthew J Martin, konferensi juga diisi oleh pembicara terkemuka di industri seperti Gebhard Scherrer (co-founder DATUM), Ville Oehman (praktisi dana investasi yang terdaftar di Otoritas Moneter Singapura), Robert Ryu (Korean Venture crypto-fund), Dr Zaharuddin AR (ICO berbasis syariah asal Malaysia, Bari Arijono (founder & CEO ADEI), dan sebagainya.

(BACA : Fitur Android P Berupa Kontrol Gerak Ternyata Cukup Bikin Penasaran )

Blockchain INDO 2018 diharapkan untuk membawa ide-ide, pendapat, dan saran baru kepada otoritas tentang bagaimana teknologi baru dapat mempengaruhi ekonomi global dan negara dalam waktu dekat. Ajang ini dapat memberikan beberapa perspektif dan masukan tentang bagaimana Blockchain dan Aset Digital dapat diatur dengan benar di Indonesia. Ada pula beberapa perusahaan investasi yang berpartisipasi dalam Blockchain INDO.Pembicara lainnya, Bari Arijono, pendiri dan CEO Digital Enterprise Indonesia (DEI) mengatakan bahwa revolusi digital di Indonesia baru pada tahap awal.

(BACA : Lihat Lucinta Luna jadi Hero Baru di Mobile Legends, Bikin Heboh! )

Bari arijono, CEO DEI (digital  enterprise Indonesia), dan ABAS A, Jalil , CEO AMANA Capital Group
yusuf

Bari arijono, CEO DEI (digital enterprise Indonesia), dan ABAS A, Jalil , CEO AMANA Capital Group

Banyak sektor industri yang mulai meluncurkan program transformasi digital, belum lagi industri keuangan yang sedang menjajaki kolaborasi dengan FinTech.“Kehadiran Blockchain masih pada tahap awal di Indonesia yang memiliki potensi ekonomi digital diperkirakan bernilai 130 miliar USD pada tahun 2020. Akankah Blockchain dapat mengubah gaya hidup orang Indonesia? Jika Anda melihat apa yang telah diterapkan di negara lain, jawabannya sangat terlihat,” ucap Bari Arijono.Indonesia adalah negara terpadat ketiga di Asia dengan penetrasi internet yang tinggi dan telepon pintar di antara warganya."Pemerintah Indonesia harus siap untuk membuat peraturan baru mengenai perkembangan teknologi digital ini, seperti bagaimana mata uang digital di masa depan dapat merespon tantangan ekonomi yang semakin berat" tambah Arijono.

(BACA : Member Lazada Jual Xiaomi Redmi Note 5A Pro Rp 850 Ribu, Awas Tertipu )

Sementara itu pembicara lainnya, Abas A Jalil, CEO Amanah Capital Group Limited sekaligus pakar keuangan di pasar Asia Tenggara mengatakan bahwa Asia Tenggara, terutama pasar Indonesia memiliki potensi besar untuk sektor Blockchain dan fintech, khususnya di Keuangan Islam dan Bisnis Digital. “Konferensi ini menjadi tempat pembukaan untuk kemajuan lebih lanjut dalam teknologi baru ini di Asia Tenggara terutama untuk Indonesia sendiri,” ucap Abas A Jalil. (*)

Editor : Wahyu Subyanto

Latest